Wednesday, February 29, 2012

Membangkitkan Semangat Qiyamul Lail

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Jika manusia tidur, setan berkeinginan kuat agar seorang muslim tidak bisa bangun untuk bermunajat kepada Alloh dan berduaan dengan-Nya. Karena pada saat itu setan tahu bahwa qiyamul lail adalah saat-saat ke-ihlasan, do’a-do’a dikabulkan dan Alloh s.w.t menampakkan diri kepada hamba-hamba-Nya.

Itulah yang membuat setan gelisah dan risau, karena itu berjuang mati-matian agar manusia tidak bangun dimalam hari untuk qiyamul lail.

Sebagaimana hadits Rosululloh s.a.w :

“Setan mengikat tengkuk leher setiap orang dari kalian jika ia tidur, dengan tiga ikatan. Setan menepuk setiap ikatan dengan berkata (kepada orang yang bersangkutan), ‘engkau masih memunyai malam panjang, karena itu tidurlah’.” (diriwayatkan AL-Bukhori, Muslim, An Nasi’I, Ibnu Majjah, dan Imam Ahmad) Agar usahanya lebih maksimal, setan kencing ditelinga orang itu, agar ia tidak bangun tidur guna mengerjakan qiyamul lail.

Disebutkan dihadits, bahwa seseorang dilaporkan kepada Rosululloh, sebab tidur sampai pagi hari hingga tidak sholat, kemudian Rosululloh bersabda,

“Setan kencing ditelinga orang tersebut” (diriwayatkan Al-Bukhori, Muslim dan An Nasa’i)

Jika melalui hadits-hadits diatas, seorang muslim yang berakal tahu akan tipu daya setan, upayanya untuk memerangi Islam dan kaum muslimin, apakah ia masih duduk santai, bermalas-malasan, dan lengket dengan dunia? Ataukah ia menyingsingkan lengan baju bersungguh-sungguh hingga naik ketempat yang diridloi Alloh s.w.t dan membuat setan berang?

Beberapa Aspek Yang Membantu Qiyamul Lail

1. Membaca ayat-ayat dan hadits tentang qiyamul lail dan mengetahui pahala disisi Alloh bagi seorang mukmin yang melakukannya, agar rasa rindu kepada pahala tersebut tumbuh dan jiwanya tergerak meningkatkan amal. 

2. Memikirkan akhirat, kedahsyatannya, jahannam, dan tingkat-tingkatannya. Dan siapa yang melakukan hal ini, maka insya Alloh rasa ingin tidur bisa hilang dari dirinya dan ketakutannya besar, seperti yang dikatakan Thawas, "ingat neraka jahannam membuat ahli ibadah tidak bisa tidur.  

3. Siapa yang mencintai Alloh ia pasti ingin bertemu dengan-Nya. Orang mukmin pasti tahu jika ia qiyamul lail lalu membaca ayat-ayat al-qur'an dengan tartil maka, sesungguhnya ia sedang bermunajat kepada Tuhannya. Karena itu ia senang bangun ditengah malam, guna berduaan dengan Tuhannya dan asyik bermunajat kapada-Nya.  

4. Menjauhi dosa-dosa di siang hari, karena kebaikan membawa pada kebaikan dan keburukan mengajak pada keburukan. Ats-Tsauri berkata "aku pernah tidak bisa qiyamul lail selama lima bulan, gara-gara satu dosa yang aku kerjakan". Seseorang berkata kepada Al-Hasan, "Hai Abu Sai'd, aku berada dimalam hari dalam keadaan segar bugar, ingin qiyamul lail, dan sudah menyiapkan air wudlu, tapi aku tetap tidak bisa qiyamul lail". Al-Hasan pun berkata, "engkau terbelenggu oleh dosa-dosamu".  

5. Tidak terlalu banyak makan dan minum, karena itu membuat mudah tidur. Seorang Syaikh berkata, "murid-muridku, kalian jangan makan banyak, nanti kalian banyak minum, lalu banyak tidur dan amat menyesal saat meninggal dunia".  

6. Tidak terlalu melelahkan diri disiang hari, karena badan lelah itu mudah tidur.  

7. Hati anda tidak lengket dengan dunia dan perhiasannya. Sebagai gantinya, anda mengalihkan untuk memikirkan surga dan kenikmatannya. Sebab, orang yang hatinya 'sibuk' kendati qiyamul lail maka ia tidak memikirkan sholat dan bacaannya. Ia lebih memikirkan apa yang menjadi perhatian hatinya. 

Tentang orang seperti itu dikatakan dalam syair: "Penjaga pintu berkata kepadaku bahwa anda tidur. Padahal meski anda telah bangun, sejatinya anda tidur"  

8. Membiasakan diri tidur siang(qoilulah), karena tidur suang itu sunnah dan membantu orang untuk qiyamul lail.


Baca juga: Tips Bagi Yang Susah Qiyamullail 

Wallohua'lam.

Posted By Kang Santri8:43:00 PM

Motivasi Cinta Dan Kehidupan

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur ? Kenapa kita menutup mata ketika kita menangis ? Kenapa kita menutup mata ketika kita membayangkan sesuatu ? Kenapa kita menutup mata ketika kita berciuman ? Hal hal yang terindah di dunia ini biasanya tidak terlihat.

Ada hal hal yang tidak ingin kita lepaskan dan ada orang orang yang tidak ingin kita tinggalkan. Tapi ingatlah, melepaskan bukan berarti akhir dari dunia melainkan awal dari kehidupan yang baru.

Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis
Kebahagiaan ada untuk mereka yang telah tersakiti
Kebahagiaan ada untuk mereka yang telah mencari dan telah mencoba
Karena merekalah yang bisa menghargai
Betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka

Cinta adalah ketika kamu menitikkan air mata, tetapi masih peduli terhadapnya
Cinta adalah ketika dia tidak mempedulikanmu, kamu masih menunggunya dengan setia
Cinta adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sambil berkata , "Aku turut berbahagia untukmu"

Apabila cintamu tidak berhasil, bebaskanlah dirimu
Biarkanlah hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas lagi
Ingatlah, kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya..
Tetapi saat cinta itu dimatikan, kamu tidak perlu mati bersamanya..

Orang yang terkuat bukanlah orang yang selalu menang dalam segala hal
Tetapi mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh
Entah bagaimana, dalam perjalanan kehidupanmu,
Kamu akan belajar tentang dirimu sendiri dan suatu saat kamu akan menyadari
Bahwa penyesalan tidak seharusnya ada di dalam hidupmu
Hanyalah penghargaan abadi atas pilihan pilihan kehidupan yang telah kau buat
Yang seharusnya ada di dalam hidupmu

Sahabat sejati akan mengerti ketika kamu berkata, "Aku lupa"
Sahabat sejati akan tetap setia menunggu ketika kamu berkata,  "Tunggu sebentar "
Sahabat sejati hatinya akan tetap tinggal, terikat kepadamu
ketika kamu berkata, "Tinggalkan aku sendiri"

Saat kamu berkata untuk meninggalkannya,
Mungkin dia akan pergi meninggalkanmu sesaat,
Memberimu waktu untuk menenangkan dirimu sendiri,
Tetapi pada saat saat itu, hatinya tidak akan pernah meninggalkanmu
Dan sewaktu dia jauh darimu, dia akan selalu mendoakanmu dengan air mata

Lebih berbahaya mencucurkan air mata di dalam hati daripada air mata yang
keluar dari mata kita
Air mata yang keluar dari mata kita dapat dihapus,
Sementara air mata yang tersembunyi,
Akan menggoreskan luka di dalam hatimu yang bekasnya tidak akan pernah hilang

Walaupun dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang,
Tetapi ketika cinta itu tulus... meskipun mungkin kelihatannya kamu kalah,
Tetapi sebenarnya kamu menang karena kamu dapat berbahagia
sewaktu kamu dapat mencintai seseorang
Lebih dari kamu mencintai diri kamu sendiri...

Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang
Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita
Atau karena ia tidak mempedulikan kita
Melainkan saat kita menyadari bahwa orang itu
Akan lebih berbahagia apabila kita melepasnya.

***********

Artikel Motivasi dan Hikmah:

Kehidupan Memang Seperti Ini

Posted By Kang Santri9:58:00 AM

Tuesday, February 28, 2012

Ditemukan Bibel Dalam Bahasa Aramaic

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Diketemukan Bibel dalam berbahasa Aramaic (Bahasa kuno,bahasa yang dipergunakan Jesus 2000 tahun yang lalu!) yang memprediksi kedatangan Nabi Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam !.

Kepolisian Turkey menemukan Bibel tersebut pada sebuah operasi dalam menggagalkan penyelundupan barang antik yang dilakukan oleh sekelompok penyelundup di sekitar daerah Mediterania di Turki. diperkirakan bibel itu berusia 1500-2000 tahun.

Bibel ini ditulis dalam tinta emas dan dilaporkan mengandung ajaran-ajaran awal Yesus,. yang ditulis dalam bahasa Aramaic, yang merupakan bahasa asli Yesus.

Bibel ini berada pihak berwenang Turki, setelah disita pada tahun 2000 dan selama ini tersimpan dengan aman dalam gedung peradilan di Ankara Turki, dan kini dipindahkan ke Ankaran Ethnography Museum dengan penjagaan polisi ketat. (www.nationalturk.com ,/23/02/2012)

Sekedar tambahan singkat: Nama Jesus yang di kenal sekarang, adalah "diambil" dari bahasa Yunani Ἰησοῦς (Iēsous), sementara dalam bahasa Hebrew dikenal dengan nama Yēšua (ישוע), serta dalam dialek arabic disebutʿĪsā (عسى). (www.wikipedia.com).

Dailymail melaporkan, Dalam bibel ini Yesus menyangkal menjadi Mesias, dan memperlakukan Yesus sebagai manusia bukan Tuhan!. Fakta ini, sekaligus menolak ide dari Tritunggal Kudus (trinitas) serta Penyaliban dan terdapat ajaran Yesus yang mengatakan akan datang Nabi selanjutnya Nabi Muhammad ke Bumi sebagai Nabi yang akan datang.

Dalam salah satu bagiannya disebutkan , Ia (Jesus) berkata kepada pengikutnya yang bertanya : "How shall the Messiah be called? (Bagaimana Mesias disebut?)
(Jesus menjawab): "Muhammad is his blessed name'. (Muhammad adalah namanya yang diberkati ..) (http://www.dailymail.co.uk/news ,24/02/2012)

Penemuan bibel dalam bahasa Aramic (Bahasa kuno yang dipergunakan oleh Yesus!) yang kini dipertunjukan ini telah mendatangkan berbagai penafsiran dari berbagai kalangan,..dan amat disayangkan,. bagi kristen yang 'skeptis', akan langsung menolak bibel ini mentah-mentah tanpa disertai alasan yang jelas.

Semoga anda dapat hidayah.......

Sumber:

(Secret £14million Bible in which 'Jesus predicts coming of Prophet Muhammad' unearthed in Turkey)

(1500 year-old ‘ Syriac ‘ Bible found in Ankara, Turkey : Vatican in shock !)

(العثور على إنجيل يحوي نبوءة عيسى بالنبي محمد)

https://www.facebook.com/STOP.PEMURTADAN


Posted By Kang Santri9:00:00 AM

Monday, February 27, 2012

Saat Dosa Mengalahkan Airmata

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Kebaikan, itu hanya menatap sayu, melihat keluguan seorang pemuda yang mulai nampak lusuh raut mukanya...

Bagi beranda hati yang tak henti mengharap nur suci 

Bagi seonggok daging yang selalu berharap selamat saat kiamat

Dengan apa malammu kau pertanggung jawabkan?
Sementara siangmu kerap kau abaikan?

Meski tak seindah mutiara yang dibuat dalam cangkang karang


Nafsu bejat itu selelu berusaha dia jinakkan
Nafsu, ketika dia mengharap sesuatu yang bukan haknya
Nafsu, ketika semua orang harus sejalan dengan pemikirannya
Nafsu, ketika dia mulai putus asa dengan indah pengharapannya

Sedang saujana yang terlihat hanya tangisan
kalut yang tertutup kelopak takut

Usai memutar biji tashbih...


Dengan di iringi kepiluan...

"percuma tarian pena ku goreskan melukis syair-syair hikmah kehidupan!,
sedang hatiku sendiri buta tuk membaca!"

Wahai Sang Penggenggam kehidupan
Jika sekiranya dosa yang mengambil semua airmata khosyyahku
Sungguh tiada daya bagiku untuk memintanya kembali

Seolah munajatku hayalah fatamorgana dalam mengadu
Rintihanku tak lebih dari insan dungu yang tak pantas merayu
Kekhusu'anku sekedar pelengkap menutupi kemunafikanku


إلهي أنت مقصودي ورضاك مطلوبي
 

Posted By Kang Santri9:21:00 PM

Ketika Akhwat Mengajukan Diri

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - "Assalamu'alaykum..." sapaku dengan nafas setengah tersengal pada Ka Mia sambil cipika cipiki.

"Wa'alaykumussalam warohmatullahi wabarakatuh.. Sehat Dhir?" balasnya sambil tersenyum.

"Alhamdulillah Ka... Kakak udah lama disini?" sahutku sambil menyelonjorkan kaki.

"Baru nyampe juga kok... Mbak Syifa telat katanya, kita diminta mulai dulu. Kita tunggu satu orang lagi aja ya baru kita mulai liqonya..."

"Ok deh ka..."

Kami sama-sama terdiam; aku melepas lelah sambil mengatur nafas yang sempat tersengal karena terburu-buru menuju masjid ini, sedangkan Ka Mia berkutat dengan BB di tangannya. Entahlah, aku melihat ada semburat yang berbeda dari wajah Ka Mia. Seperti tahu sedang diperhatikan olehku, Ka Mia langsung mengalihkan pandangannya dari BB ditangannya ke arahku.

"Dhira, gimana kabar CV-mu? Udah ada CV ikhwan yang masuk belum dari Mbak Syifa?" seungging senyumnya dan pertanyaannya membuat hati ini dag dig dug.

Waduuh, kenapa tiba-tiba Sang Kakak menanyakan hal ini? Aku sebenarnya sudah lama tak ingin membahas tentang hal ini. Ya, sepertinya memang belum bisa tahun ini dan aku sudah menggeser planning itu di 2012 nanti.

"Hmm... belum Ka... Kakak sendiri gimana? Udah lagi proses ya...?" jawabku sambil menggodanya.

Ya. Kami berdua sama-sama sedang dalam masa pencarian dan penantian Sang Belahan Jiwa. Kadang, waktu-waktu menjelang liqo atau setelahnya-lah yang membuat kami sering berbincang tentang masalah perkembangan proses pencarian dan penantian ini. Seperti saat ini yang kami bincangkan.

Teringat dulu, ketika satu bulan aku memasuki kelompok baru ini, ada program ta-akhi (dipersaudarakan) dari Mbak Syifa. Aku dan Ka Mia adalah salah satu pasang ta-akhi dalam lingkaran ini. Program ta-akhi dalam lingkaran kami katanya bertujuan untuk saling menjaga satu sama lain, saudara yang dita-akhikan adalah yang harus paling tahu tentang kondisi saudara yang dita-akhikan dengannya. Walaupun usia Ka Mia terpaut tiga tahun di atasku, tapi kami sudah seperti sahabat dekat, saling bercerita termasuk masalah proses ini. Ya, program ta-akhi dalam suatu 'lingkaran' ternyata amat berdampak untuk bisa saling menjaga.

"Aku juga belum, Dhir... Hmm... karena aku menempuh jalan yang berbeda dari yang lain..." wajah Ka Mia terlihat memerah.

Aku memandanginya dengan bahasa wajah tak mengerti.

"Sebenernya, aku udah ada kecenderungan dengan seorang ikhwan..." lanjutnya sambil lekat memandangku dan sepertinya ingin tahu apa reaksiku.

"Hah? Beneran Ka? Siapa? Aku kenal gak?" rasa penasaranku mulai mencuat ke permukaan hingga bertubi-tubi pertanyaan terlontar.

"Dhira pernah ketemu kok sama orangnya. Inget ga waktu dulu pas Ramadhan, kelompok liqo kita bantuin ngadain buka puasa bersama anak yatim dari kantorku? Nah, yang jadi MC-nya itu, Dhir..." Ka Mia memberikan clue.

Aku mencoba mengingat-ingat. Tak sampai lima menit, aku bisa mengingatnya dengan jelas. Seorang laki-laki berkemeja kotak-kotak tanpa peci membawakan acara buka puasa bersama anak yatim di daerah Jakarta Selatan. Gayanya yang supel dan agak selengekan, tak memperlihatkan tanda-tanda bahwa dia seorang ikhwan. Tapi cukup salut dengannya karena bisa membuat anak-anak kecil tertawa dengan lelucon yang ditampilkannya. Aaahhh, ga salah nih Ka Mia 'naksir' ikhwan seperti dia? Ka Mia yang terkenal sholihah, kalem dan berjilbab lebar 'naksir' ikhwan yang agak selengekan itu.

"Hmm... bukannya Kakak ga kenal dia sebelumnya ya? Dia itu kan yang 'punya' wilayah tempat santunan anak yatim itu bukannya? Ketemunya pas acara itu aja kan?"

"Iya, awalnya emang ga kenal. Ketemu dia juga pas koordinasi beberapa hari menjelang acara dan saat acara. Tapi setelah acara, tepatnya menjelang Idul Fitri, dia add FB-ku. Dari situ akhirnya ada komunikasi via FB. Dan ternyata kantorku juga tertarik untuk menyalurkan qurban Idul Adha di daerahnya, maka jadilah komunikasi itu terjalin kembali."

"Hoo... gitu... Hmm... boleh tau ga ka? Apa sih yang membuat Kakak naksir dia?" rasa keingintahuanku semakin memuncak, hanya ingin tahu apa yang membuat akhwat sesholihah Ka Mia 'naksir' seorang ikhwan.

Dari kejauhan, muncullah seorang akhwat bergamis biru dongker. Rina, seorang saudari di lingkaran ini juga. Maka seperti kesepakatan diawal, liqo ini akan dimulai jika sudah ada satu akhwat lagi yang datang.

"Kapan-kapan lagi aja ya Dhir ceritanya..." ujar Ka Mia setengah berbisik sebelum akhirnya Rina mendekati kami.

Liqo pun dimulai dengan tilawah dan kultum. Tak berapa lama kemudian, Mbak Syifa datang dan memberikan materi tentang sabar.

Tiba-tiba selagi asyik mengetik poin-poin penting dari materi yang disampaikan oleh Mbak Syifa, HP yang kupegang bergetar. Ada SMS masuk. Dari Ka Mia rupanya, padahal kami duduk bersebelahan.

"Dhir, aku mau lanjutin cerita yang tadi, bada liqo, bisa ga? Tapi khawatir dirimu pulang kemaleman..."

Secepat kilat, kubalas SMS-nya: "Insya Allah bisa Ka. Nanti aku pulang naik bajaj, tenang aja.. :)"

"Siip klo gitu, nanti kita sambil dinner aja sekalian..."

"Azzzeeekk... ditraktir... hehe... ^_^ ..."

"Siip, insya Allah... ^_^ ..."

Adzan berkumandang, liqo ditutup sementara untuk shalat maghrib lebih dulu. Aku tak sabar ingin tahu kelanjutan cerita dari Ka Mia, cerita seorang akhwat yang punya kecenderungan lebih dulu terhadap ikhwan. Jarang-jarang ada yang cerita seperti ini ke aku, patut didengarkan. Ya walau kadang ketika seorang akhwat bercerita tak memerlukan saran, maka cukupkan cerita itu sebagai pelajaran.

Liqo pun dilanjutkan. Setelah diskusi tentang materi, saatnya sharing qhodhoya (masalah) dan evaluasi binaan serta amanah. Hingga akhirnya, tepat adzan isya berkumandang, liqo pun usai. Kami bercipika cipiki ria sebelum pulang. Sementara yang lain memutuskan untuk pulang, aku memutuskan untuk sholat isya dulu di masjid, sedangkan Ka Mia yang sedang datang bulan menungguku di teras masjid.

Usai sholat isya, aku dan Ka Mia mulai menelusuri jalan di sekitar RSCM untuk mencari tempat makan. Akhirnya pilihan tempat makan jatuh pada sebuah restoran seafood. Kami memilih menu nasi goreng seafood dan juice strawberry. Sambil menunggu menu yang akan dihidangkan, mulailah cerita tadi sore dilanjutkan.

"Oiya Dhir, tadi sore ceritanya sampai mana ya?" pancing Ka Mia lebih dulu.

"Ohh... tadi itu aku nanya, apa sih yang membuat Kakak punya kecenderungan sama ikhwan itu?"

"Hmm.. Ok, aku akan cerita Dhir. Selama ini aku bisa nahan cerita ini, tapi sepertinya hari ini ga bisa kutahan untuk ga cerita ke kamu. Jadi, tolong dijaga ya..." lagi-lagi senyumnya menyejukkan jiwa.

"Siip Ka, tenang aja. Palingan nanti aku minta ijin buat nulis tentang ini, itupun kalo Kakak ngijinin... hehe, dengan sedikit penyamaran tentunya. Maklum, penulis, slalu mencuri-curi kesempatan untuk menuliskan pengalaman yang inspiratif..." jawabku sekenanya.

Ternyata direspon baik oleh Ka Mia, "Boleh banget Dhir, aku percayakan ke kamu deeh..."
Menu yang ditunggu pun datang. Berhubung lapar sangat, aku meminta ijin untuk mendengarkan cerita sambil makan. Dan Ka Mia pun memulai ceritanya.

"Alasan aku punya kecenderungan dengan ikhwan itu sebenernya karena ada kriteria calon suami yang pas pada dirinya. Ini terkait karakter dia, entahlah aku merasa 'klik' aja dengan karakternya. Orangnya supel dan dengan gayanya yang seperti itu, aku yakin dia bisa memudahkan aku untuk berda'wah di keluarga besar. Karena selama ini, aku agak sulit 'berpengaruh' di keluarga besar."

Masya Allah, alasannya ternyata itu; karakter untuk memudahkan berda'wah di keluarga besar. Beda dah emang kriteria akhwat sholihah untuk calon suaminya, bervisi da'wah euy. Bukan kriteria fisik, misalnya putih dan tinggi, seperti yang biasanya sering dicurhatkan ke aku oleh beberapa akhwat yang mencantumkan putih dan tinggi sebagai kriteria calon suami mereka. Ya, karena jika dilihat dari fisiknya, ikhwan yang dicenderungi oleh Ka Mia, termasuk yang biasa saja, standar, tidak putih dan juga tidak tinggi, tapi tetap lebih tinggi Sang Ikhwan dibandingkan Ka Mia.

"Oohh gitu Ka... trus akhirnya apa yang Kakak lakukan?" tanyaku sambil menyeruput juice strawberry.

"Akhirnya, setelah istikharah beberapa malam, aku sampaikan tentang hal ini ke Mbak Syifa. Mbak Syifa pun berusaha mencarikan jalur tarbiyah Sang Ikhwan lewat teman Mbak Syifa. Nunggu kabar itu, lama banget, berminggu-minggu baru dapat kepastian bahwa ternyata temannya Mbak Syifa yang ada di daerah yang sama dengan ikhwan itu, ga bisa mendeteksi karena ga ada yang kenal dengan ikhwan itu. Waaah, sempet terpikir tuh sama aku, ini ikhwan, tarbiyahnya sehat gak ya? kok ga dikenal ya di daerahnya sendiri? Mbak Syifa pun ga bisa bantu lagi. Kembali aku istikharah, nanya sama Allah, gimana lagi ini caranya untuk menemukan jalur tarbiyahnya? Dan akhirnya petunjuk itu datang. Aku teringat pas koordinasi acara santunan anak yatim itu, aku juga koordinasi sama seorang akhwat selain sama Sang Ikhwan. Tentunya Sang Akhwat mengenal baik Sang Ikhwan karena berada di satu daerah. Akhwat itu udah punya anak dua, Mba Nany namanya. Aku beranikan diri menyatakan hal itu ke Mba Nany via FB, tapi ijin dulu ke Mbak Syifa. Mba Syifa mempersilakan. Alhamdulillah, Mbak Nany merespon cepat, beliau minta Murobbiyah-ku untuk hubungin beliau, kemungkinan besar Mbak Nany tahu jalur tarbiyah Sang Ikhwan. Aku kasih tahulah respon ini ke Mbak Syifa dan minta tolong Mbak Syifa hubungin Mbak Nany. Aku kasih nomor Mbak Nany ke Mbak Syifa."

"Sambil dimakan Ka..." sela-ku karena melihat nasi di piring Ka Mia masih banyak dibandingkan nasi di piringku yang tinggal beberapa suap.
Ka Mia pun menyuapkan nasi goreng seafood ke mulutnya.

"Waah, ribet juga ya Kak, prosesnya. Salut aku, Kakak sampai sebegitu beraninya."

"Ya namanya juga ikhtiar, Dhir... Aku juga ga nyangka bakal seberani ini. Tapi ya itu tadi, sebelum bertindak apa-apa, aku istikharah dulu, curhat ke Allah. Dan Allah memantapkan hati ini untuk bertindak pada akhirnya, makanya aku berani. Pas mau cerita ke Mbak Syifa dan Mbak Nany aja, ada rasa ga berani... Tiap mau kirim message, pasti di-delete lagi, diurungkan niatnya. Baru ada keberaniaan mengirim message setelah shalat istikharah..."

Masya Allah, baru kali ini aku mendengar cerita akhwat yang mencari jalur tarbiyah ikhwan. Biasanya, ikhwan yang berusaha mencari jalur tarbiyah akhwat. Benar-benar jalan yang ditempuh berbeda dari yang lain. Tak sabar diri ini menunggu cerita selanjutnya dari Ka Mia.

"Trus akhirnya udah ada progress dari Mbak Nany dan Mbak Syifa?"
Ka Mia menyeruput juice strawberry-nya baru kemudian melanjutkan cerita, dengan sedikit menghela nafas.

"Huuffhh. Ya, aku udah dapet kabar dari Mbak Syifa, baru aja kemarin Mbak Syifa meminta aku kerumahnya. Jadi ternyata, Mbak Nany itu harus nanya dulu ke Murobbiyahnya untuk mencari tahu siapa Murobbi Sang Ikhwan. Makanya agak lama juga progressnya, hampir satu bulan. Mbak Syifa ga tau bagaimana Murobbi Mbak Nany mengkomunikasikan hal ini ke Murobbi Sang Ikhwan, yang jelas Mbak Syifa mohon tidak menyebutkan namaku, untuk menjaga izzah. Trus barulah dapet kabar kalo Murobbi Ikhwan itu agak keberatan dengan akhwat yang mengajukan diri lebih dulu, dan ada kemungkinan Murobbi Ikhwan itu sudah punya proyeksi akhwat lain untuk Sang Ikhwan. Mungkin Sang Murobbi menginginkan binaanya ta’aruf dimana masing-masing belum saling kenal, berbekal dari CV pilihan sang Murobbi, masih seperti jaman awal da’wah dulu. Kalo kata Mbak Syifa, kebanyakan Murobbi Ikhwan itu biasanya memang masih belum menerima jika ada akhwat yang mengajukan diri lebih dulu, beda dengan Murobbi Akhwat yang lebih terbuka dan ga mempermasalahkan kalo ada akhwat yang mengajukan diri. Jadi memang agak sulit kalo Mbak Syifa harus ngomong langsung ke Murobbi Sang Ikhwan. Soalnya kan udah tau pandangan Murobbi Ikhwan itu terkait akhwat yang mengajukan diri lebih dulu, seperti apa. Lagipula sempat disinggung kemungkinan sudah ada proyeksi akhwat lain untuk sang ikhwan dari Murobbinya. Kalo Mbak Syifa langsung menghubungi Murobbi Sang Ikhwan, itu pasti mau ga mau akan membuka namaku. Mbak Syifa juga masih bingung makanya mau gimana kelanjutannya dan keputusan itu diserahkan ke aku; mau dihentikan atau mau tetap lanjut tapi gimana caranya? Ya, gitu deh ceritanya... Gimana tanggapanmu, Dhir?" Ka Mia mengakhiri cerita itu dengan senyum simpulnya.

Aah... Ka Mia masih bisa tersenyum dengan kabar seperti itu. Jika aku berada di posisinya mungkin sudah menyerah dengan perjuangan untuk menuju ta'aruf yang super duper ribet seperti itu. Belum aja ta'aruf, sudah ribet sedemikian rupa, apalagi jika sudah ta'aruf dan menuju jenjang pernikahan.

"Hoalah... Kok ribet banget ya ka? Murobbi ikhwan udah jelas-jelas keberatan kalo akhwat mengajukan diri lebih dulu dan sepertinya udah punya proyeksi akhwat lain untuk Sang Ikhwan. Uppss... maaf Ka..." aku menahan kata-kata lainnya untuk dikeluarkan, khawatir menyinggung perasaan Ka Mia.

"Kok minta maaf? Ga papa Dhir... Ya begitulah ikhwan, kadang sulit dimengerti. Aku juga belum tau apakah Sang Ikhwan memiliki kecenderungan yang sama atau ga sepertiku. Masalahnya, baru kali ini aku menemukan seseorang yang aku rasa 'klik' denganku, maka aku mau coba berusaha mengikhtiarkan jalan ini. Di usia yang sudah seharusnya menikah, apalagi yang ditunggu jika ada seseorang yang dirasa sudah cocok dengan kita. Jalan satu-satunya adalah mengikhtiarkan walaupun aku belum tau sebenarnya apakah ikhwan itu punya kecenderungan yang sama. Jika sudah diikhtiarkan jadi ga penasaran. Toh kalo jodoh ga kemana kan?"

Aah... Kata-katanya ini sungguh menancap dalam ke relung hatiku. Usia Ka Mia yang saat ini sudah menginjak 26 tahun memang sudah selayaknya menikah. Aku saja yang 3 tahun dibawahnya juga sedang dalam pencarian dan penantian, apalagi Ka Mia yang sudah bertahun-tahun mencari dan menanti. Tak terbayangkan bagaimana perasaannya selama itu menanti.

"Iya, ka... insya Allah jodoh ga pernah ketuker. Kalo memang Ka Mia berjodoh di dunia ini dengan ikhwan itu, insya Allah jalan menuju kesana pasti terbuka. Hmm... kalo menurutku ga masalah sebenernya akhwat mengajukan diri lebih dulu, itupun ada contohnya dari bunda Khadijah. Ya tapi memang ga lazim aja di jaman sekarang ini, masih dianggap tabu bagi sebagian besar orang. Oya, aku mau tanya sama Kakak donk, apa Kakak udah tahu betul bagaimana akhlaq Sang Ikhwan hingga akhirnya Kakak berniat mengajukan diri lebih dulu?" naluri konsultan mulai muncul dalam diri.

"Insya Allah udah, Dhir. Ketika aku mengutarakan hal ini ke Mbak Nany, yang juga kenal baik dengan ikhwan itu, aku juga minta dijelaskan bagaimana karakter dan sifat Sang Ikhwan selama bekerjasama dengan Mbak Nany. Mbak Nany bilang, Sang Ikhwan punya daya juang yang tinggi, walau terlihat selengekan termasuk yang mudah dinasihati. Untuk kesiapan menikah dalam waktu dekat, Mbak Nany melihat sudah ada kesiapan dari Sang Ikhwan. Tapi mungkin ada sedikit masalah pada financial karena Sang Ikhwan masih harus membiayai adiknya yang masih SMA dan yang masih skripsi. Dari penjelasan Mbak Nany, makin memantapkan diriku, Dhir," jelas Ka Mia.

"Hoo... bagus deh kalo gitu Ka. Karna kan ketika bunda Khadijah ingin mengajukan diri, beliau mencari tahu dulu akhlaq Muhammad melalui perantara Maisarah, orang kepercayaannya, dengan melakukan perjalanan dagang bersama. Trus setelah tahu dan mantap, baru deh meminta Nafisah, wanita setengah baya, untuk ngomong dari hati ke hati sama Muhammad. Ga langsung nembak bahwa Khadijah suka dan menginginkan Muhammad sebagai suaminya. Tapi menanyakan hal-hal umum terkait kesiapan Muhammad tentang pernikahan dan apakah sudah ada calon atau belum. Ketika Muhammad bilang belum ada calon, maka Nafisah mengajukan wanita dengan kriteria tertentu, rupawan, hartawan dan bangsawan, tidak menyebutkan bahwa Khadijah orangnya. Namun dari kriteria yang disebutkan itu, Muhammad pun paham siapa yang dimaksud. Ya, berarti Kakak udah menempuh jalan sampai tahap Maisarah, tinggal mencari Nafisahnya Ka."

"Hmm... iya betul, Dhir... Aku juga sempat terpikir hal itu, tapi siapa ya yang bisa menyampaikannya?"

"Sebenernya menurutku, Mbak Nany juga bisa langsung berperan sebagai Nafisah. Tadi kan Kakak bilang agak sulit dengan Murobbi ikhwannya. Kan bisa aja Mbak Nany yang mancing lebih dulu, untuk ta'aruf selanjutnya bisa diserahkan via Murobbi, jika tentunya Sang Ikhwan juga punya kecenderungan yang sama. Setidaknya Mbak Nany bisa mengorek informasi apakah Sang Ikhwan sudah punya calon yang akan dinikahi atau belum, atau sudah ada kecenderungan dengan akhwat lain atau belum. Kalo belum, bisa aja dengan sedikit candaan, Mbak Nany menawarkan ke Sang Ikhwan, sambil ngomong kayak gini: saya ada akhwat nih yang udah siap nikah dan sedang mencari pendamping, bersedia ga? Kriterianya bla bla bla, nyebutin kriterianya Ka Mia. Kalo Sang Ikhwan bersedia dengan kriteria yang disebutin, Mbak Nany bisa langsung kasih tahu kalo akhwat yang udah siap nikah itu adalah Ka Mia. Mbak Nany, Ka Mia dan Sang Ikhwan kan udah saling kenal, jadi lebih gampang seharusnya. Nah, nanti kan jadi makin tahu gimana respon Sang Ikhwan jika ternyata akhwat yang ditawarkan itu Ka Mia. Kalo ikhwan bilang lanjut, maka dia bisa langsung bilang ke Murobbi-nya kalo dia sudah siap nikah dan sudah punya nama. Kalo udah binaan sendiri yang bilang ke Murobbi mah, biasanya udah gampang Ka, apalagi udah ngajuin nama. Kalo kayak gini prosesnya kan jadi ga keliatan kalo Ka Mia yang mengajukan diri lebih dulu, tapi harus bermain 'cantik' dalam proses, jangan sampai Sang Ikhwan tahu kalo Ka Mia mengajukan diri. Hehe..." panjang lebar aku menjelaskan bagaimana sebaiknya penerapan proses Ka Mia dan Sang Ikhwan seperti proses Khadijah dan Muhammad.

"Hwwaaa... Dhiraaa, kamu udah kayak konsultan jodoh aja deh. Jadi tercerahkan nih aku jadinya" Ka Mia menepuk pipiku yang gembul.

"Semoga bisa sedikit ngasih solusi untuk proses Kakak yang rumit itu, masa' hanya gara-gara Murobbi ikhwan, langsung mundur? Ada banyak jalan menuju Roma... hehe..."

"Sip, insya Allah... Naaah, kamu sendiri gimana nih Dhir? Udah nemu yang cocok denganmu belum?" tembak Ka Mia kepadaku.

"Hehe... aku mah sabar aja Ka dalam penantian ini, nunggu Pangeran Berkuda Putih dateng ngelamar aja, hehe..." jawabku sedikit asal.

"Sabar dalam penantian itu bagi seorang akhwat ga berarti pasif, tinggal nunggu. Akhwat juga harus aktif dalam penantian. Jumlah akhwat itu jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ikhwan. Terlepas dari jodoh adalah takdir, tetep harus ikhtiar yang terbaik untuk mencari calon imam bagimu dan anak-anakmu kelak. Memang benar jodoh itu di tangan Allah, tapi kita juga harus aktif berikhtiar mengambil dariNYA. Kalo memang di sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba aja kamu ajukan diri, bilang ke Mbak Syifa, katanya target tahun ini kan? Tentunya dengan tetap menjaga izzah sebagai seorang akhwat dan jangan pernah tinggalkan istikharah dalam mengambil tindakan apapun..." ujar Ka Mia memberi masukan untukku.

"Hahaha... ga jadi tahun ini Ka... Ga keburu... Jadi, tahun depan aja targetnya insya Allah... hehe..."

"Jiiaahhh... kamu ini udah siap belum sih? Apa cuma sekadar ingin menikah? Lagi labil gitu maksudnya..." ledek Ka Mia.

"Siap gak siap mah harus nyiapin diri Ka... Tapi apa mau dikata kalo Pangeran Berkuda Putihnya belum muncul-muncul juga?" aku menimpali ledekan Ka Mia.

"Yaudah, kita saling mendoakan ya yang terbaik, dan ikhtiar yang terbaik juga... Jazakillah ya Dhir, udah mau denger ceritaku dan ngasih solusinya... Aku cerita ini cuma ke tiga orang, Mbak Syifa, Mbak Nany dan kamu. Bahkan aku cerita detail seperti ini cuma ke kamu loh... Hehe..."

"Sama-sama Ka, ceritanya menginspirasi banget. Jarang loh ada akhwat yang berani mengajukan diri. Dan aku rasa, hanya akhwat tangguh yang bisa seperti itu. Tangguh akan perasaan dan hatinya. Alhamdulillah kalo ada respon positif dari Sang Ikhwan, kalo responnya negatif? Hanya akhwat tangguh yang bisa menerima kemungkinan kedua; ditolak... Aku salut deh sama Kakak. Semoga lancar urusannya ya Ka... Doain aku juga, semoga Pangeran Berkuda Putihku segera datang menjemputku... hehe..."

"Aamiin... insya Allah saling mendoakan yang terbaik..."

Kami pun menyudahi dinner. Ka Mia menungguku hingga naik bajaj. Ah, sungguh malam yang berkesan dalam kebersamaan dengan saudari seperti Ka Mia.

***

Sesampai di rumah, kurebahkan diri ini di tempat tidur, menatap langit-langit kamar yang tak begitu tinggi. Pandangan kualihkan ke sebelah kanan tempat tidur. Ada sebuah diary biru yang tergembok. Aku buka dompetku dan kukeluarkan sebuah kunci di sela-sela saku dalamnya. Gembok 'blue diary' itu pun kubuka. Kuraih ballpoint tepat di samping kananku. Baru saja tangan ini tergerak untuk menulis, terdengar sebuah dering dari HP-ku. Kuraih HP dan terteralah sebuah pesan dari YM-ku.

"Asslm. Dhir, gmana nih kabarnya? lagi deactive FB ya?"

Ah... Rasa yang tak biasa itu muncul lagi, tepat di hari ke-7 aku mendeaktif akun FBku. Kenapa nama seorang ikhwan yang tertera di YM-ku menyadari bahwa aku sedang mendeaktif FB-ku? Kata-kata Ka Mia pun terngiang:

"...Kalo memang di sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba aja kamu ajukan diri, bilang ke Mbak Syifa..."
"...Kalo memang di sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba aja kamu ajukan diri, bilang ke Mbak Syifa..."
"...Kalo memang di sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba aja kamu ajukan diri, bilang ke Mbak Syifa..."
Segera kutepis kata-kata itu dan mencoba menepis rasa yang terlanjur ada. Tak terasa, bulir-bulir hangat itu membasahi pipi. Kugerakkan tangan ini untuk menulis dalam 'blue diary'.
Jika anugrah itu membahagiakan
Maka cinta yang [katanya] merupakan anugrah dariNYA
Seharusnya juga membahagiakan
Namun adakalanya
Ada yang merasa tak bahagia dengan cinta
Atau janganlah terlalu dini menyebutnya cinta
Mari kita sebut saja sebuah rasa
Rasa yang berbeda
Yang [lagi-lagi katanya] menggetarkan jiwa
Aha
Mungkin memang belum saatnya
Rasa itu ada
Hingga diri merasa nista dengan rasa
Atau jangan-jangan rasa yang ada
Didominasi oleh nafsu sebagai manusia
Jika itu permasalahannya
Maka titipkanlah rasa pada SANG PENGUASA
Biarkan ia yang belum saatnya, bersamaNYA
Biarkan waktu yang kan menjawabnya
Hingga Dia mengembalikan rasa itu jika saatnya tiba
Wanita... Wanita...
Slalu saja
Bermain dengan rasa
Maka mendekatlah padaNYA
Agar rasa yang belum saatnya
Tetap terjaga
Agar rasa yang ada
Tak membuat hati kecewa
Agar rasa yang dirasa
Tak membuat jauh dariNYA
Biarkanlah diri merasa nista dengan rasa
Jika ternyata nafsu tlah menunggangi ia yang belum saatnya
Hingga akhirnya membuat diri menangis pilu karenanya
Menangis karena menyadari bahwa dirinya masih rapuh ternyata
Masih perlu belajar bagaimana mengelola rasa yang belum saatnya
Ya Rabbana
Hamba titipkan rasa yang belum saatnya
Agar ia tetap suci terjaga
Hingga waktunya tiba
Ah... Aku bukanlah akhwat tangguh yang bisa memperjuangkan rasa yang terlanjur ada. Aku hanya akhwat biasa yang tak sanggup akan rasa yang belum saatnya, karena aku bukanlah Khadijah yang mulia.

*based on true story
Lhinblue Alfayruz
http://perempuanlangitbiru.multiply.com

Posted By Kang Santri9:08:00 AM

Saturday, February 25, 2012

Syair Perindu


Gerai senja terpekur dalam hayalan rinduku
Siapakah gerangan tsuroyya itu
Tersungkur ku terpikat dalam noktah semu
Hingga purnama menangis melihat kemalanganku

Kau yang selalu melintas di ujung sisa terahir tinta
Riang menebar senyum di tiap urat mata
Tolong sampaikan pesanku kepada pemulikmu yang selalu terjaga
Bahwa tenun kerinduan yang Ia sulam di serat hatiku membuat siksa

Jari-jari waktu kian mengapit bisikan hati
Sementara jiwa ku duduk termangu dalam kemacetan angan yang tak suci
Ku tunggu saat kau sendiri
Di puncak labuh ketulusan yang kau ingini

Kepadamu kekasih
Ku persembahkan gurat kisah bernada perih
Ku persembahkan cara berjalan saat kita tertatih
Bukan gambaran foya kenikmatan seperti yang selama ini ingin manusia raih

Bila tiba saatnya nanti
Bersabarlah saat biduk kita goyah oleh materi
Berpeganglah pada keyakinanmu akan nahkoda kasih sayang ini
Dengan sisa-sisa sobekan baju keimananku
Insya Allah masih mampu mengantarmu mendapati cinta Ilahi


(Di tulis, 25 Pebruari 2012 - 20:18 WIB)

Posted By Kang Santri10:18:00 PM

Sebuah Kisah Cinta Sejati (Kisah nyata yang pernah terjadi di bumi ini)

Filled under:


Murtakibudz Dzunub - Sekian ratus tahun yang lalu. Di malam yang sunyi, di dalam rumah sederhana yang tidak seberapa luasnya, seorang istri tengah menunggu kepulangan suaminya. Tak biasanya sang suami pulang larut malam. Sang istri bingung, hari sudah larut dan ia sudah sangat kelelahan dan mengantuk. Namun, tak terlintas sedikitpun dalam benaknya untuk segera tidur dan terlelap di tempat tidur suaminya. Dengan setia ia ingin tetap menunggu namun, rasa ngantuk semakin menjadi-jadi dan Sang suami tercinta belum juga datang.

Tak berapa lama kemudian….

Seorang laki-laki yang sangat berwibawa lagi luhur budinya tiba di rumahnya yang sederhana. Laki-laki ini adalah suami dari sang istri tersebut. Malam ini beliau pulang lebih lambat dari biasanya, kelelahan dan penat sangat terasa.

Namun, ketika akan mengetuk pintu… terpikir olehnya Sang istri yang tengah terlelap tidur…. ah, sungguh ia tak ingin membangunkannya. Tanpa pikir panjang, ia tak jadi mengetuk pintu dan seketika itu juga menggelar sorbannya di depan pintu dan berbaring diatasnya.

Dengan kelembutan hati yang tak ingin membangunkan istri terkasihnya, Sang suami lebih memilih tidur di luar rumah, di depan pintu dengan udara malam yang dingin melilit hanya beralaskan selembar sorban tipis.

Penat dan lelah beraktifitas seharian, dingin malam yang menggigit tulang ia hadapi..
karena tak ingin membangunkan istri tercinta. Subhanallah…

Dan ternyata, di dalam rumah persis dibalik pintu tempat sang suami menggelar sorban dan berbaring diatasnya. Sang istri masih menunggu, hingga terlelap dan bersandar sang istri di balik pintu. Tak terlintas sedikitpun dalam pikirinnya tuk berbaring di tempat tidur, sementara suaminya belum juga pulang.

Namun, karena khawatir rasa kantuknya tak tertahan dan tidak mendengar ketukan pintu Sang suami ketika pulang, ia memutuskan tuk menunggu Sang suami di depan pintu dari dalam rumahnya.

Malam itu tanpa saling mengetahui, sepasang suami istri tersebut tertidur berdampingan di kedua sisi pintu rumah mereka yang sederhana, karena kasih dan rasa hormat terhadap pasangan, Sang Istri rela mengorbankan diri terlelap di pintu demi kesetiaan serta hormat pada Sang suami dan Sang suami mengorbankan diri tidur di pintu demi rasa kasih dan kelembutan pada Sang istri.

Dan Nun jauh di langit….
Ratusan ribu malaikat pun bertasbih….
Menyaksikan kedua sejoli tersebut…

SUBHANALLAH WABIHAMDIH

Betapa suci dan mulia rasa cinta kasih yang mereka bina...
Terlukis indah dalam ukiran akhlak yang begitu mempesona…
Saling mengasihi, saling mencintai, saling menyayangi dan saling menghormati…

Tahukah Anda… siapa mereka..?

Sang suami adalah Muhammad bin Abdullah, Rasulullah SAW dan Sang istri adalah Sayyidatuna Aisyah RA binti Abu Bakar As-Sidiq. Merekalah sepasang kekasih teladan, suami istri dambaan, dan merekalah pemimpin para manusia, laki-laki dan perempuan di dunia dan akhirat.

Semoga rahmat ALLAH senantiasa tercurah bagi keduanya, dan mengumpulkan jiwa kita bersama Rasulullah SAW dan Sayyidatuna Aisyah RA dalam surgaNYA kelak. Dan Semoga ALLAH SWT memberi kita taufiq dan hidayah tuk bisa meneladani kedua manusia mulia tersebut. Amiin…amiin ya rabbal’alamiin….

Silahkan SHARE kisah cinta yang tiada duanya ini ke rekan anda jika menurut anda bermanfaat

Posted By Kang Santri8:40:00 AM

Thursday, February 23, 2012

Berpisah Karena Allah

Filled under:


Aku tahu risalahku kini tak kan pernah lagi sampai padamu
Candamu kini hanya sebuah bayangan semu


Aku rindu kenakalan juga manjamu
Seperti kelucuan serial kartun yang tengah asik 
lempar-lemparan salju kala itu

Meski sudah tak lagi kau dengar sayu suara do'aku
Disetiap shalatku yang lima waktu aku tidak pernah melupakan 
permohonan ampun buatmu juga buatku...

Meski sudah tak lagi kau dengar celotehanku yang 
kau anggap sebuah nasihat
Namun senantiasa kuhadiahkan sisipan surah an-nur untuk 
kecerahan hari-harimu agar tak lagi pekat...

Perpisahan ini tidak pernah aku ingini
Tapi apalah daya, kalau memang ini yang harus terjadi

Ku ihlaskan kepergianmu
Andai itu lebih bisa membawa kepada cinta sejatimu

Disini, biarlah aku bertahan dengan ketulusan
Sembari menanti rencana Tuhan

 

Posted By Kang Santri9:54:00 AM

Sajak Ta'aruf

Filled under:


Tak lelah tapak tengadah pada gerimis darah
Sisa-sisa sajak dari ta'aruf semalam masih 
membuatku gelisah...

Kau lupa merapikan selimut rinduku malam lalu
Kau juga lupa bahwa aku tidak terbiasa 
dengan hal itu

Ini bukan tentang jiwa yang sedang kasmaran
Tapi ini tentang "siapa yang sedia membantu membangunkanku mengambil 
wudlu guna mengagungkan Tuhan"


Tahukah kau?
Bahwa berdiri ditepi tusukan malam itu menyakitkan
Bila tidak ku jumpai malaikat yang bersedia menjadi penyelamat

Seorang malaikat dunia yang lebih mulia dari bidadari surga
Siapa lagi kalau bukan wanita shaliha?


Semoga bukan nafsuku yang ingin mengenal lebih jauh 
Tentang siapa sebenarnya dirimu

Melainkan ta'aruf ini sebagai salah satu dari rencana Tuhan
Sebagai ikhtiarku mempersunting dirimu
Untuk menjadi ibu dari anak-anak ku



Posted By Kang Santri9:41:00 AM

Jangan Pernah Berkata "Andai saja, jikalau, seumpama.."

Filled under:

وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُون

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan”. (Q.S An-Nahl Ayat: 53)

Gerak laju sempoyongan tak habis-habisnya seorang hamba itu mempertontonkan kepada Malaikat Roqib dan Atid, meski terus ia memerintah kedua kaki untuk berjalan namun kedua tangannya  terlihat malas kalau dilihat dari caranya melambai.  Hingga ia merasa beribu lembaran buku dari jutaan huruf dan harokat juga teori yang dulu pernah ia tekuni terasa semua tidak begitu berarti lagi.

“aku sedang frustasiii…!!!” begitu teriaknya.

Nampaknya urusan duniawi sudah mulai menenggelamkannya. Hingga ia lupa dengan apa yang pernah dulu ia pelajari.

“Jagalah Allah, niscaya engkau akan senantiasa mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah di waktu lapang niscaya Dia akan mengenalimu saat kesulitan, ketahuilah bahwa apa yang ditetapkan luput darimu tidak akan pernah menimpamu dan apa yang telah ditetapkan menimpamu tidak akan pernah luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu selalu mengiringi kesabaran, jalan keluar selalu mengiringi cobaan dan kemudahan itu selalu mengiringi kesusahan.”

Sejatinya kabanyakan dari kita tidak sadar kalau sebenarnya kita sendirilah yang suka mendramatisir  tiap kali Allah memberi cobaan, sehingga muaranya lupa untuk meminta pertolongan Allah dan berserah diri.

Hal itu bisa kita gambarkan dari contoh berikut.

Sebut saja namanya Zaid,dia merasa frustasi dengan permasalahan yang sedang ia hadapi. Kalau dilihat dari segi fisik sebenarnya dia tidak terlalu mengecewakan dan juga sebenarnya dia sudah bisa dikatakan sebagai seorang pemuda yang mapan. Namun sayang di umurnya yang sudah hampir kepala tiga belum juga dia menemukan jodohnya, hingga dia pun berpikir

“duuhhh… gimana nih Allah kok masih belum juga ngasih jodoh buat aku? Bagaimana dengan masa tua ku nanti kalau aku sampai tidak mempunyai istri? Bagaimana aku bisa  mendapatkan keturunan? Terus iapa nanti yang akan mendo’akanku ketika aku mati nanti???”.

Beribu-ribu pertanyaan seperti  itulah yang membuatnya frustasi menjalani hidup, aneh memang Zaid harus merasakan kesengsaraan dengan sesuatu yang belum tentu terjadi.

Coba kalau dia menanggapi masalah seperti itu dengan cara berpikir begini,

“ku serahkan semua urusan duniawi ku kepada-Mu Ya Robb, karena sebelum aku lahir aku sudah membuat perjanjian dengan-Mu bahwa aku telah Ridlo dengan bagian rizki ku nanti, bahwa aku telah Ridlo siapakah  jodoh ku atau bahkan aku hidup tanpa didampingi isteri dan aku juga Ridlo dengan ketetapan-Mu di umur berapa aku mati nanti…”

Ada  juga cerita yang dituturkan dari salah seorang Kyai, kepadanya datang seorang ibu setengah baya mencurahkan kegelisahannya

“Pak Kyai, aku sangat gelisah dengan masalah yang aku hadapi..”,

“emang kenapa ibu’..” Tanya Kyai tadi,

“barusan saya habis dari dokter, katanya penyakit yang saya alami ini ada kemungkinan ginjal saya yang bermasalah…” Sang Kyai manganggukkan kepala

“terus yang membuat ibu gelisah apa..?”,

“ya itu Pak Kyai, kalau umpama betul ginjal saya yang bermasalah bagaimana dengan hidup saya nanti? Pasti hancur Pak Kyai…”

“berarti kan, ada kemungkinan suatu saat nanti bisa kena penyakit gagal ginja, terus dengan apa saya harus mengobati? Kalau harus cuci darah itu kan membutuhkan biaya yang sangat mahal? Padahal saya ini hanya ibu rumah tangga biasa Pak Kyai, dan pendapatan suami saya juga pas-pasan….” Ibu itu tampak gusar sekali.

Dengan tersenyum “Ibu….”,

“iya Pak Kyai…”

“masalah ibu itu sudah terjadi belum?”,

“ya belum Pak Kyai, itu kan seandainya…”

Sambil tersenyum Kyai tadi melanjutkan,

“itu kan hanya kemungkinan dan belum tentu terjadi kenapa deritanya sudah ibu rasain sekarang?”.

“mmm.. begitu ya Pak Kyai…” imbuh Ibu tadi dengan agak sedikit lega.

Sahabat dari contoh diatas kita bisa melihat tentang betapa ruginya bagi orang yang alpha dengan pertolongan dan ketentuan Allah, karena dari kacamata umum kita bisa melihat “mereka resah dan gelisah bahkan menderita oleh ketakutan yang dibuat-buat sendiri,” Na’udzubillahi Min Dzalika.

Baginda Rasul pernah menyinggung tentang hal ini,

Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata, “Oh andai kata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu”, tetapi katakanlah, “Ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya.” Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: “andai kata” dan “jikalau” membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan.” (HR. Muslim)

Posted By Kang Santri8:32:00 AM