Thursday, March 1, 2012

Hari Ini "HIKMAH" Apa Yang Kita Pelajari

Murtakibudz Dzunub - Di bawah terik matahari yang sangat menyengat kulit. Siang itu ku pacu sepeda motor dengan kecepatanan tertinggi. Terasa ada yang membangun kan lamunanku yang dari tadi hanya  tertuju pada pemikiran kosong. 

Tampak dari kejauhan ada yang membuyarkan lamunanku, dikejauhan seorang kakek sedang berjalan tertatih membawa keranjang bambu dagangannya yang belum laku.

Terlihat kelelahan yang begitu sangat mendera karena kedua kakinya nampak gemetar, seakan tidak beliau hiraukan kepulan  hitam asap kenalpot bus yang lalu lalang.

Dalam hati "masya allah kek, kenapa tidak pakai sendal..?"

"apa yang sekarang kakek rasakan, kenapa sudah serenta ini masih melakukan pekerjaan yang  begitu berat?"
"dimana anak-anak kakek?"
"tidak adakah salah satu dari mereka yang bisa dimintai bantuan menjual keranjang?"
"apakah kakek tidak lelah?"
"apakah kakek mengharapkan kehidupan seperti saat ini waktu masih muda dulu?"
"bukan kah seharusnya di usia kakek yang sekarang ini kakek tinggal menikmati masa tua, duduk diatas kursi goyang sambil menikmati secangkir kopi menunggu anak-cucu berkunjung  kemudian memberikan wejangan-wejangan tentang kehidupan.......?"

Berjubel pertanyaan menyerangku. Sembari menghentikan laju kendaraan, dengan helm yang masih menutup kepala, ku amati orang tua itu, yang ku anggap beliaulah salah satu pendekar kehidupan.

Hingga akhirnya aku sadar, kalau hari ini ada satu pelajaran hidup yang amat berharga buatku.

Memang hidup layaknya putaran roda pedati, ada masanya diatas juga ada waktunya ia harus berada dibawah. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selepas bangun tidur malam nanti, karena agenda harian yang biasa kita rencanakan hanyalah sebatas acuan yang 99,9% belum tentu bisa terwujud. Keseharian kita masih terpaku merencanakan masa depan ingin ini dan ingin itu, hingga kita lupa bahwa hidup itu adalah hari ini, bukan esok atau nanti karena datangnya maut kita tidak pernah mengetahui.

Mungkin sering kita bertanya, kebaikan apa saja yang sudah kita perbuat selama hidup untuk orang lain. Hingga kita sendiri pun malu untuk menjawabnya karena kalau pun ada itu amatlah sedikit dibanding dengan kerakusan nafsu yang sering mementingkan  kepuasan diri sendiri.

Tak jarang kita merasa terdholimi oleh lingkungan, saat kita menghadapi keruwetan hidup seolah tak ada yang memperdulikan. Karena saat itu kita ingin menjadi orang yang paling dimengerti oleh keluarga sahabat dan orang sekitar.

Inilah kefatalan berfikir yang bisa menyiksa diri, kita lupa saat kita sedang berjaya lebih-lebih saat berbahagia.

Coba kita lihat sosok orang tua yang begitu perkasa diatas, bagi kita pemuda muslim yang mudah mengeluh dan berputus asa dengan problematika hidup yang belum seberapa, kiranya malu melihat kegigihan sang kakek, kita tidak pernah tahu masa lalu beliau seperti apa kalau umpama dimasa muda beliau bergelimangan harta kemudian masa tua nya harus mengalami kondisi seperti sekarang ini. "bagaimana perasaan si kakek saat ini..?"

Umpama masa lalu beliau memang sudah terlahir serba kekurangan, alangkah hebatnya perjuangan beliau menyempurnakan ikhtiar.

Mempelajari hikmah, seperti inilah salah satu contohnya. Saat mata melihat kejadian yang menyentuh dan mengharukan maka hati kita yang akan menerjemahkan. Hingga tanpa sadar dengan sendirinya kita akan santun menghadapi ujian yang sudah Allah siapkan.

Kamis, 1 Maret 2012



0 comments:

Post a Comment