Thursday, July 12, 2012

Cinta Terpendam (Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra)

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Cinta sahabat Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra memang luar biasa indah, cinta  yang selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, maupun expresi. Hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam sebuah ikatan suci pernikahan.

Konon karena saking teramat rahasianya setan saja tidak tahu urusan cinta diantara keduanya.

Sudah lama Ali terpesona dan jatuh hati pada Fatimah, ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Ummar melamar fatimah. Sementara dirinya  belum siap untuk melakukannya.

Namun kesabaran beliau berbuah manis, lamaran kedua orang sahabat yang sudah tidak diragukan lagi keshalihannya tersebut ternyata ditolak oleh Rasulullah.

Hingga akhirnya Ali memberanikan diri, dan ternyata lamarannya yang mesti hanya bermodal baju besi diterima oleh Rasulullah.

Di sisi lain, Fatimah ternyata juga sudah lama memendam cintanya kepada Ali. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali,

"Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya",

Ali pun bertanya mengapa ia tak mahu menikah dengannya, dan  apakah Fatimah menyesal menikah dengannya.

Sambil tersenyum Fatimah menjawab, "Pemuda itu adalah dirimu".

***

Kisah lainnya......

[Kutub Tarajim membenarkan kisah ini.] "Suatu saat dia tidak makan berhari-hari karena nggak ada makanan, sehingga suaminya, Ali bin Abi Thalib, melihat mukanya pucat dan bertanya, "Mengapa engkau ini, wahai Fatimah, kok kelihatan pucat?"

Dia menjawab, "Saya sudah tiga hari belum makan, karena tidak ada makanan di rumah."

Ali menimpali, "Mengapa engkau tidak bilang kepadaku?"

Dia menjawab, "Ayahku, Rasulullah saw., menasehatiku di malam pengantin, jika Ali membawa makanan, maka makanlah. Bila tidak, maka kamu jangan meminta."

Subhanallah... Luar biasa bukan?



Posted By Kang Santri7:57:00 PM

Cinta Mereka Membawanya Ke Surga

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Al- Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakhai' ia berkata,

"adalah di Kuffah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat. Pada suatu waktu dia berkunjung ke kampung Bani An-Nakha'.

Disana dia melihat seorang gadis cantik dari kaum mereka hingga iapun jatuh hati. Dan ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

Karena sudah saking cintanya, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamarkan gadis tersebut. Namun sayang dia sudah terlambat, gadis cantik tadi sedah dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan sepupunya sendiri.

Meskipun demikian, cinta keduanya tak bisa adam bahkan semakin berkobar.  Gadis tadi akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk pemuda tadi,

"Aku telah tahu betapa besar cintamu padaku, dan betapa besar  pula aku diuji denganmu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku dirumahku".

Kemudian pemuda tadi membalas pesannya,

"Aku tidak setuju dengan dua alternatif yang kau tawarkan, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat kepada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar nanti. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobarannya".

Ketika pesan pemuda itu sampai pada si gadis, gadis itu pun berkata,

"Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu".

Kemudian gadis tadi meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah.

Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu kepada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan kerinduannya, samai akhirnya ia pun meninggal dunia.

Sang pemudapun seringkali berziarah ke kuburnya, dia menangis dan mendoakannya.

Suatu waktu, dia tertidur diatas kubur. Sampai dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya,

"Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"

Dia menjawab, "Sebaik-baik cinta wahai yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan".

Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemana kau menuju?"

Dia menjawab, "AKu sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang terakhir. Di surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak".

Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku disana, sebab aku disini  juga tidak melupakanmu".

Si gadis menjawab, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku minta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah) agar kita nanti dikumpulkan di surga. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam beribadah".

Pemuda itu bertanya lagi, "Kapan aku bisa melihatmu?"

"Tidak lama lagi kau akan datang melihatku", jawab si gadis.

Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda itu pun meninggal dunia.


Wallahu'alam, biarlah keshahihan kisah ini menjadi rahasia Allah.

Posted By Kang Santri4:15:00 PM

Larut Dalam Renungan

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Perlahan ku coba gerakkan kembali jemariku yang 
akhir-akhir ini mulai kaku
Bukan kalimah indah yang coba ku susun untuk menggugah
Bukan belaian kata lembut yang coba ku rangkum agar membuat takjub
Juga, bukan kedahsyatan kecerdasan otak dalam olah tulisan yang bisa 
menggetarkan hati saat ku baca kembali
Melainkan, bait tulis sanjungan yang teramat polos juga lugu dari insan dhoif sepertiku

“Apa yang akan kau lakukan andai Rasulullah ada dihadapanmu sekarang?”

Langsung seketika saat ada salah seorang sahabat mengajukan pertanyaan seperti ini, hatiku merinding bulu kuduk seakan berdiri seolah siap untuk berlari mencari jawaban terbaik dari hati
Tapi sayang tak mampu ku jawab
Hanya bisa berucap, 

“aku langsung ingin memeluk beliau…”
Ya Rasulallah…

Aku cemburu dengan bumi yang dulu pernah kau pijaki
Aku cemburu dengan udara yang kau hirup dalam setiap asa
Aku cemburu dengan air yang membasuh wudlumu sebagai permulaan 
berkumandangnya takbir
Aku cemburu dengan kain yang menghangatkan tubuhmu dari tusukan angin
Aku cemburu dengan sendal yang melindungi telapak kakimu dari kerikil yang menjegal
Aku cemburu dengan tempat dimana kau meletakan kening sujudmu dalam taat

Sebagai pelipur lara melatih menghadirkanmu dalam kerinduanku
Ku baca kembali tentang kisah detik-detik kepergianmu meninggalkan ummatmu
Namun aku sadar, aku bukanlah Abu Bakar yang begitu tegar mengiringi kepergianmu
Namun aku sadar, aku bukanlah Ummar yang begitu gempar mendengar kabar kepergianmu

Tapi aku hanyalah ummatmu yang berusaha menitikan air mata haru saat membaca kembali kisah kepulanganmu
Tapi aku hanyalah pembaca hadits tentang syariatmu juga kisah perjungan hidupmu
Tapi aku hanyalah ummatmu yang selalu berharap syafaatmu, meski sering kali malas membacakan shalawat untukmu.
Padahal aku tahu hanya amalan itu yang bisa sampai kehadirat Rabbmu meski ada riya saat lisan melafadzkan untukmu.

Ya Rasulallah…

Maaf, aku belum bisa menghadirkan sepenuhnya kerinduan itu
Maaf, aku belum bisa merasakan kehilanganmu, seperti halnya ketika aku kehilangan orang-orang disekitar ku
Maaf, aku belum bisa kalau sampai detik ini, ungkapan kecintaanku padamu hanya sebatas ungkapan semu

Malam itu benar-benar ku adukan kepadaNya yang telah mengutusmu
Tentang jalan hidup yang ku tempuh, tentang kedurjanaan jiwaku
Malam itu benar-benar ku ingin menjadi perayu handal buat sukmaku
Berharap supaya bisa tergerak menghadirkan namamu dalam kelembutan cinta kasihku

Ya Rasulallah…

Andai saat ini engkau berada didepanku
Ku ingin mengadukan kepayahanku dalam merawat keimananku
Andai saat ini engkau mendengarku
Ku ingin mencurahkan kepadamu bahwa fitnah dunia ini amatlah keji dan teramat susah untuk ku hindari
Andai saat ini engkau melihatku
Ku ingin engkau mendoakanku membersihkan bau anyir sifat munafiqku, juga membersihkan bau busuk dosa ku
Meski harus ku tanggung rasa malu karena raga dan hati yang bobrok ini tampil di pelupuk mata sucimu
Andai saat ini engkau dibelakangku sembari mengamati caraku menulis tentangmu
Remukkan jemari ini andai tidak engkau sukai

Ya Rasulallah…

Di padang mahsyar nanti
Akui aku sebagai ummatmu, meski kelakuanku belum pantas pendapat predikat itu
Akui aku sebagai ummatmu, meski aku yang terahir dari sekian banyak ummatmu

Astaghfirullahal’adzim…

Posted By Kang Santri3:06:00 PM