Tuesday, July 31, 2012

Doa Menolak Kekuatan Sihir

Filled under:


بسم الله الرحمن الرحيم
دفع السحر

هاطحٍ باطحٍ كَسْلَفٍ طَهٍ اَهِيًا سَراهِياً بِمُستَتِرٍ بِراكيلٍ سَطَ هَطَ نَزَلَ غَضَبُ رَبِّ

وَأحْرَقَ مَرَدَةُ الْجِنِّ, وَأُكاسٍ وَرَبَاطٍ وَاَمْراضٍ وَضِحَى عَلَيَّ /له/لها...

قال موسى ماجِئْتُهُمْ بِهِ السِّحرُ إن الله سيبطلُه إن اللهَ لا يُصْلِحُ عَمَلَ 

الْمُفسدينَ, 

وقل جاء الحق وزهق الباطل إن الباطل كان زهوقا, ونُنَزِّلُ من القرأن ماهو 

شفاءٌ (اى هذه الحاجة) ورحمة للمؤمنينَ, ولا يزيد الظالمين إلا خسارًا.

لا يستخلفنَّهم, واذكُرَّبك اذا نَسِيْتَ, وقل عَسَى أن يهديَنِ رَبِّيْ لأَِقْرَبَ من 

هذا رشدًا.

Posted By Kang Santri8:07:00 PM

Sunday, July 29, 2012

Mempunyai Tapi Tidak Memiliki

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Sedu-sedan ku membayangkan masa itu
Menikmati sisa waktu
Tidak dengamu
Melainkan dengan pilihan Tuhanku

Wahai kau yang ku pilih
Namun tak bisa ku raih

Wahai kau yang ku damba
Tapi masa tak pernah mengijinkan kita bersua

Ingin ku berteriak lantang
Kepada Bani Adam

"Siapa pun dirimu, jangan pernah sekalipun kau lukai hatinya"

"Kau yang sudah di gariskan untuknya, bimbinglah ia mencapai keridlaan-Nya"

"Wahai kau yang terpilih menanamkan benih dirahimnya, jadilah tauladan bagi pendekar -pendekar kecilnya"

Kata ini ku buat
Hanya sebagai pengingat

Saat usia kita sama-sama senja
Sambil menimang cucu yang tengah asik bersenda

Ingatlah ini...
Bahwa kau pernah hadir dikehidupan seorang pemuda
Yang terkekang oleh realita
Hingga ia tak pernah mampu berucap kata CINTA


Oleh: ranting_patah

Posted By Kang Santri9:23:00 PM

Friday, July 27, 2012

Ukhti, Inilah Yang Kebanyakan Pemuda Pikirkan Tentangmu

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Demi Allah, tidaklah seorang pemuda melihat gadis kecuali gadis itu dibayangkannya dalam keadaan telanjang tanpa pakaian.

Demi Allah, begitulah... Yang kami bersumpah untuk kali keduanya padamu. Jangan kau percaya apa yang dikatakan lelaki, bahwa ia tidak akan melihat seorang gadis kecuali akhlak dan budi bahasanya. Ia akan berbicara sebagai seorang sahabat, ia akan mencintainya sebagai seorang kawan.

Demi Allah ia telah berbohong! bila engkau mendengar obrolan anak-anak muda ditengah kesepian mereka, maka engkau akan mendengarkan sesuatu yang mengerikan. Senyuman yang dia berikan padamu, kehalusan budi serta bahasa dan perhatiannya, semua itu tidak lain hanyalah perangkap rayuan untuk mencapai tujuannya atau paling tidak, pemuda itu merasa bahwa itu adalah rayuan untuk melunakkan hatimu [hingga kau terpesona.pen]

Kemudian setelah itu apa yang akan terjadi? Apa, wahai puteriku? Coba kau pikirkan!

Kalian berdua sesaat masuk dalam kenikmatan, kemudian engkau ditinggalkan, dan engkau selama-lamanya akan tetap merasakan penderitaan akibat kenikmatan sesaat itu.

Sedang pemuda tersebut akan terus mencari mangsa lain untuk diterkam kehormatannya, sedang engkau sendiri yang menanggung beban kehamilan dalam perutmu yang membuncit.

Jiwamu menangis, kening [kehormatanmu] tercoreng. Mungkin masyarakat yang dzalim dapat mengampuni pemuda itu, dengan mengatakan: "Ia hanyalah pemuda yang tersesat lalu bertaubat".

Tetai engkau, selama hidupmu tetap berkubang dalam kehinaan dan ke-aiban, karena masyarakat tidak akan mengampunimu selama-lamanya.

Namun, jika saat engkau bertemu pemuda kau busungkan dadamu, kau palingkan mukamu dan kau tunjukkan [luhurnya kepribadian seorang muslimah] lalu kau menghindar... Dan kalau pemuda yang mengganggumu itu belum mengindahkan, sampai berbuat lancang lewat erkataan atau tangannya yang usil, kau lepaskan sepatu dari kakimu lalu kau lemparkan kekepalanya, bila semua itu kau lakukan, maka semua orang dijalan akan membelamu.

Setelah itu, pemuda-pemuda nakal tak kan mengganggu gadis-gadis lagi. Dan tentu jika ia seorang pemuda yang shalih ia akan datang kepadamu untuk meminta maaf dan tidak akan mengulangi perbuatannya. Selanjutnya, ia akan mengharapkan hubungan yang halal dengan datang melamarmu.

(Kutipan artikel ini ditulis oleh beliau Syaikh Ali Tanthawi dalam bukunya yang berjudul "Yaa Binti". Semoga bermanfaat.)

Posted By Kang Santri7:12:00 PM

Monday, July 23, 2012

Aku Dan Ramadhan

Filled under:

Ramadhan Mulia
Murtakibudz Dzunub - Telah ku adukan pada Sang Pemilik Ramadhan
Betapa besar kerugianku tahun lalu
Menjadi budak keinginan tanpa bayaran

Tuhan...
Izinkan aku kembali datang bercumbu dengan Ramadhan
Membesarkan nama-Mu seraya mengkerdilkan jiwa dan kesombonganku

Guritan malam tadi begitu indah
Karena untuk pertama kalinya aku datang tengah malam dalam renung I'tikaf 
Setelah malam pertama ku habiskan di rumah

Ada kenikmatan
Ada kesenduan
Ada ketenteraman
Ada kehawatiran
Ada ketakutan yang ku balut dalam do'a dan harapan

Aku dan Ramadhan
Adalah manusia dan waktu
Manusia yang suka berjibaku dalam lumutan dosa itu
Dan waktu yang ada keberkahan untuk membersihkan tumpukan dosa lalu

Aku akan berdiri semampuku
Aku akan bangkit sebisaku
Menata kembali tulang keimanan yang makin berserakan tanpa aturan
Mengisi kembali lubang keropos pada dawai jiwaku yang munkaran

Aku sepenuhnya milik-Mu Tuhan
Begitu juga dengan Ramadhan
Bedanya hanya
Jika diantara bulan-bulan yang lain, ia yang paling kau utamakan
Namun diriku, seakan termasuk mahluk terendah dari sekian banyak mahluk-Mu



Posted By Kang Santri10:09:00 AM

Wednesday, July 18, 2012

Sampaikan, Meskipun Itu Pahit

Filled under:

Sampaikan, meski itu pahit

Murtakibudz Dzunub - Hak ilmu adalah untuk disampaikan, terlebih tentang hal yang menyangkut syari'at Islam bagi orang mukalaf. Kita tidak jarang menjumpai saudara Muslim, yang bisa dikatakan baru mengenal ataupun yang sedang ingin mendalami hukum syari'at Islam.

Mereka yang notabene-nya tidaklah terlahir dari keluarga atau lingkungan yang kuat ajaran syari'at agamanya. Pada awalnya, tergugah dan merasakan keindahan islam melalui berbagai ceramah atau artikel ke-agamaan. 

Satu hal yang terkadang atau bahkan sering terjadi adalah, jika pada tingkatan disiplin ilmu harus mempelajari ilmu Ushuliddin, Fiqih dan Tashawuf (syari'at, thariqat dan haqiqat), banyak yang langsung menuju ke Tashawuf (haqiqat) karena ketidak tahuannya akan pentingnya mempelajari Ushuliddin dan Fiqih. Sedangkan ketiga ilmu itu harus saling berkesinambungan saat kita melakukan amal ibadah. Artinya kita tidak mungkin melakukan sebuah ibadah sepertihalnya shalat sedang kita tidak mengetahui perkara yang mengesahkan dan membatalkan shalat, tapi langsung menuju 'mengharap ridho dari Allah'.

Sebagai perumpamaan contoh diatas, adalah Zaid bisa dikatakan dia sangatlah awam dengan ilmu agama, hingga pada suatu hari dia membaca artikel yang mampu mengetuk hatinya untuk mendalami agama hingga ahirnya yang dulunya dia jarang shalat menjadi rajin shalat. Dengan tekad yang kuat dan semangat yang membara tidak hanya shalat wajib saja melainkan shalat-shalat sunah semampunya ia kerjakan. Juga hatinya tergerak untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dia pun rajin baca Al-Qur'an.

Namun sayangnya ada satu hal yang belum dia ketahui, ternyata dia tidak tahu bahwa jika seorang mukalaf pernah meninggalkan shalat wajib maka dia diharuskan meng-qadhanya dahulu, juga kelalaiannya akan bacaan qur'an yang haruslah sesuai dengan kaidah tajwidnya.

Karena jika tidak hanya akan merubah makna dan itu termasuk hal yang diharamkan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah ayat,

وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا
"Bacalah qur'an secara tartil",

Yang dimaksud dengan 'tartil' disini adalah membaca  Al-Qur'an yang sesuai dengan tajwidnya. Artinya memberikan hak kepada setiap makhorijul huruf bacaan mad-nya dan lain sebagainya. Sedang hal ini bisa menimbulkan kehawatiran "dari niat yang baik, berubah menjadi ibadah yang tidak baik".


Bagaimana menyikapi fenomena diatas?
Sampaikanlah ilmu yang hak, meskipun kita tahu akan konsekwensinya.  Sampaikan kepada Zaid akan tata cara ibadah yang sesuai syari'at dengan mengatakan, 

"Wahai sahabatku Zaid, sebelum kau asyik dengan shalat-shalat sunahmu qadhalah terlebih dahulu berepa kali shalat wajib yang kau tinggalkan dahulu..."

"Wahai sahabatku Zaid, setelah aku saksikan bacaan qur'anmu, ternyata bacaanmu tidak sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, maka pelajarilah dahulu tentang cara membaca qur'an secara tartil, karena saya hawatir atas niatmu yang ingin beribadah dengan tilawatil qur'an berubah menjadi laknat karena kau salah dalam melafadzkannya."

"Carilah guru yang bisa membimbingmu, karena ilmu agama tidaklah cukup kita pelajari lewat membaca saja. Ingatlah, jika ada seseorang yang mendalami ilmu agama tanpa adanya seorang guru, maka gurunya adalah syaithan."

***

Inilah salah satu tantangan Amar ma'ruf yang tidaklah ringan, karena konsekwensinya bisa menimbulkan kesalah pahaman yang tidak kita inginkan. 

Seperti yang diwasiyatkan oleh Rasulullah kepada Abu Dzar,

 

وَ اَوْصَانِى اَنْ اَقُوْلَ اْلحَقَّ وَ اِنْ كَانَ مُرًّا


"Beliau mewashiyatkan kepadaku supaya aku mengatakan yang benar meskipun pahit (akibatnya)."
Memanglah, Amar Ma'ruf itu berat dan banyak fitnah namun, Nahi Munkar jauh lebih berat dan lebih banyak fitnah.

Posted By Kang Santri1:24:00 PM

Monday, July 16, 2012

Mengobati Sifat Ujub (Syaikh Abu Yazid Al-Busthami)

Filled under: ,

Murtakibudz Dzunub - Pernah ada seorang salik (orang yang sedang menempuh jalan Allah) bertanya pada Syaikh Abu Yazid Al-Busthami, 

"Syaikh, saya sudah beribadah 30 tahun lamanya, saya sholat sunnah setiap malam, berdzikir, dan sering sekali menjalankan puasa-puasa sunnah, tapi anehnya mengapa saya belum mengalami perjalanan rohani seperti yang diceritakan dan saya harapkan?"

"Mengapa saya tak pernah sekalipun menyaksikan dan mengalami apa pun seperti yang pernah Syaikh gambarkan?" Tanya salik itu.

Kemudian Syaikh Abu Yazid menjawab: "Seandainya kau beribadat 300 tahun pun, kau tak akan mencapai satu butirpun debu mukasyafah dalam hidup mu",
 
"Kau tidak akan pernah mencapai apa yang kau tuju, kalau kau masih menghitung-hitung dan memamerkan ibadah mu",

"Karena sifat Ujub yang ada dalam dirimu adalah hijab besar untuk menemukan dirimu, bagaimana kau mampu mengenal Tuhan mu?. Sombong itu jubah Allah" ,

"Kalau kau memakai Jubah-Nya sedangkan kau ingin menemui-Nya, berarti kau hamba kurang ajar, sadar lah",

Kemudian salik tadi memohon pada Syaikh Abu Yazid: "Syaikh, tolong obati aku agar hijab itu tersingkap"

Syaikh berkata: "Tapi kau tak akan mau melakukannya",

Salik menjawab: "Tentu saja akan kulakukan apapun itu."

Syaikh berkata: "Baiklah, lepaskan pakaian bagus mu, ganti dengan baju gembel yang lusuh, kemudian gantung di lehermu kantung berisi kacang. Bawalah beberapa kantung dan pergi ke pasar yg ramai anak kecil, kemudian suruh mereka menamparmu dan setiap anak yang menamparmu, berikan satu kantung kacang, lakukan sampai semua kantung kacang habis.  Kemudian kalau sudah habis, kembal kerumah dan ambil kantung kacang lebih banyak lagi, dan datangi tempat yang dimana banyak orang-orang memujimu sebagai ahli ibadah dan pemuka agama yang hebat. Lakukan hal yang sama, suruh orang-orang yang menghormati mu menamparmu, dan bagikan pada setiap yg menampar satu kantung kacang, lakukan smpai kantung habis"

Salik itu terkejut dan berkata: "Subhanallah, Masya Allah, Laailahailallah, kenapa harus seperti itu?"

Syaikh Abu Yazid berkata: "Jika kalimat-kalimat suci itu di ucapkan oleh seorang kafir, maka ia berubah menjadi mukmin. Tapi kalau kalimat itu di ucapkan orang sepertimu, maka kau berubah dari seorang mukmin menjadi lebih buruk dari kafir." 

Salik itu bertanya: "Kenapa kau menyebutku seperti itu Tuan Guru?"

Syaikh Abu Yazid menjawab: "Karena hanya kelihatannya saja kau sedang memuji Allah, padahal kau hanya sedang memuji dirimu sendiri"  

Lanjut Syaikh: "Ketika kau menyebut -Tuhan Maha Suci- seakan kau sedang mensuci-sucikan nama-Nya, padahal kau hanya sedang menonjolkan kesucian mu"

Salik: "Mohon ampun aku, kalau begitu berilah saya nasihat yang lain untuk mendekati Allah"

Syaikh Abu Yazid menjawab: "bukankah sudah aku beriikan nasihatnya tadi, dan kau tak akan mampu melakukannya. Lepaskan Jubah Ujub mu". 


Posted By Kang Santri4:40:00 PM

Jumlah Raka'at Qiyamul Lail

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Terjadi perbedaan pendapat dari para sahabat tentang jumlah rakaat Qiyamul Lail,


Diriwayatkan Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, "Rasulullah mengerjakan shalat malam sebanyak tiga belas raka'at; itu sudah mencakup shalat witir dan dua raka'at shalat sunah sebelum subuh." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari)


Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, "Jumlah raka'at shalat malam Rasulullah ialah tiga belas raka'at." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari)

Menanggapi kedua hadits diatas, Imam Bukhari menyebutkan hadits Aisyah tersebut, setelah hadits Aisyah lainnya yang juga menjelaskan jumlah raka'at shalat malam Rasulullah itu sebelas rakaat.

Sepertinya Imam Bukhari menguatkan pendapat shalat malam itu sebelas rakaat bukan tiga belas raka'at. Imam Bukhari juga menganggap dua raka'at terakhir Rasulullah adalah dua raka'at shalat sunah sebelum subuh, seperti yang dijelaskan oleh Aisyah kendati ada penjelasan tambahan dari riwayat Ibnu Abbas bahwa tiga belas raka'at tersebut belum termasuk dua raka'at shalat sunah subuh. [1]

Dalil lain yang menguatkan shalat malam Rasulullah itu sebelas raka'at adalah hadits dari Aisyah lainnya. Hadits tersebut menjelaskan bahwa Aisyah ditanya tentang tata cara shalat malam Rasulullah di bulan Ramadhan, lalu Aisyah menjawab, "Rasulullah shalat tidak lebih dari sebelas rakaat dibulan Ramaghan dan di bulan lainnya." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari)

Sedangkan jumlah minimalnya qiyamul lail Rasulullah adalah tujuh raka'at, karena diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Aisyah bahwa ia (Aisyah) ditanya tentang shalat malam Rasulullah, lalu ia berkata,

"Tujuh, sembilan dan sebelas." (HR. Al-Bukhari) 



_______

[1]. Ibnu AL-Qayyim berkata didalam kitab "Zaad Al-Ma'ad jilid I, hal. 329, "Jika terjadi perbedaan pendapat antara Ibnu Abbas dengan Aisyah tentang qiyamul lail Rasulullah, maka pendapat yang benar ialah pendapat Aisyah."

Posted By Kang Santri11:31:00 AM

Thursday, July 12, 2012

Cinta Terpendam (Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra)

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Cinta sahabat Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra memang luar biasa indah, cinta  yang selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, maupun expresi. Hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam sebuah ikatan suci pernikahan.

Konon karena saking teramat rahasianya setan saja tidak tahu urusan cinta diantara keduanya.

Sudah lama Ali terpesona dan jatuh hati pada Fatimah, ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Ummar melamar fatimah. Sementara dirinya  belum siap untuk melakukannya.

Namun kesabaran beliau berbuah manis, lamaran kedua orang sahabat yang sudah tidak diragukan lagi keshalihannya tersebut ternyata ditolak oleh Rasulullah.

Hingga akhirnya Ali memberanikan diri, dan ternyata lamarannya yang mesti hanya bermodal baju besi diterima oleh Rasulullah.

Di sisi lain, Fatimah ternyata juga sudah lama memendam cintanya kepada Ali. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali,

"Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya",

Ali pun bertanya mengapa ia tak mahu menikah dengannya, dan  apakah Fatimah menyesal menikah dengannya.

Sambil tersenyum Fatimah menjawab, "Pemuda itu adalah dirimu".

***

Kisah lainnya......

[Kutub Tarajim membenarkan kisah ini.] "Suatu saat dia tidak makan berhari-hari karena nggak ada makanan, sehingga suaminya, Ali bin Abi Thalib, melihat mukanya pucat dan bertanya, "Mengapa engkau ini, wahai Fatimah, kok kelihatan pucat?"

Dia menjawab, "Saya sudah tiga hari belum makan, karena tidak ada makanan di rumah."

Ali menimpali, "Mengapa engkau tidak bilang kepadaku?"

Dia menjawab, "Ayahku, Rasulullah saw., menasehatiku di malam pengantin, jika Ali membawa makanan, maka makanlah. Bila tidak, maka kamu jangan meminta."

Subhanallah... Luar biasa bukan?



Posted By Kang Santri7:57:00 PM

Cinta Mereka Membawanya Ke Surga

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Al- Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakhai' ia berkata,

"adalah di Kuffah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat. Pada suatu waktu dia berkunjung ke kampung Bani An-Nakha'.

Disana dia melihat seorang gadis cantik dari kaum mereka hingga iapun jatuh hati. Dan ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.

Karena sudah saking cintanya, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamarkan gadis tersebut. Namun sayang dia sudah terlambat, gadis cantik tadi sedah dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan sepupunya sendiri.

Meskipun demikian, cinta keduanya tak bisa adam bahkan semakin berkobar.  Gadis tadi akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk pemuda tadi,

"Aku telah tahu betapa besar cintamu padaku, dan betapa besar  pula aku diuji denganmu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku dirumahku".

Kemudian pemuda tadi membalas pesannya,

"Aku tidak setuju dengan dua alternatif yang kau tawarkan, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat kepada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar nanti. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobarannya".

Ketika pesan pemuda itu sampai pada si gadis, gadis itu pun berkata,

"Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu".

Kemudian gadis tadi meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah.

Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu kepada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan kerinduannya, samai akhirnya ia pun meninggal dunia.

Sang pemudapun seringkali berziarah ke kuburnya, dia menangis dan mendoakannya.

Suatu waktu, dia tertidur diatas kubur. Sampai dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya,

"Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"

Dia menjawab, "Sebaik-baik cinta wahai yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan".

Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemana kau menuju?"

Dia menjawab, "AKu sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang terakhir. Di surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak".

Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku disana, sebab aku disini  juga tidak melupakanmu".

Si gadis menjawab, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku minta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah) agar kita nanti dikumpulkan di surga. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam beribadah".

Pemuda itu bertanya lagi, "Kapan aku bisa melihatmu?"

"Tidak lama lagi kau akan datang melihatku", jawab si gadis.

Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda itu pun meninggal dunia.


Wallahu'alam, biarlah keshahihan kisah ini menjadi rahasia Allah.

Posted By Kang Santri4:15:00 PM

Larut Dalam Renungan

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Perlahan ku coba gerakkan kembali jemariku yang 
akhir-akhir ini mulai kaku
Bukan kalimah indah yang coba ku susun untuk menggugah
Bukan belaian kata lembut yang coba ku rangkum agar membuat takjub
Juga, bukan kedahsyatan kecerdasan otak dalam olah tulisan yang bisa 
menggetarkan hati saat ku baca kembali
Melainkan, bait tulis sanjungan yang teramat polos juga lugu dari insan dhoif sepertiku

“Apa yang akan kau lakukan andai Rasulullah ada dihadapanmu sekarang?”

Langsung seketika saat ada salah seorang sahabat mengajukan pertanyaan seperti ini, hatiku merinding bulu kuduk seakan berdiri seolah siap untuk berlari mencari jawaban terbaik dari hati
Tapi sayang tak mampu ku jawab
Hanya bisa berucap, 

“aku langsung ingin memeluk beliau…”
Ya Rasulallah…

Aku cemburu dengan bumi yang dulu pernah kau pijaki
Aku cemburu dengan udara yang kau hirup dalam setiap asa
Aku cemburu dengan air yang membasuh wudlumu sebagai permulaan 
berkumandangnya takbir
Aku cemburu dengan kain yang menghangatkan tubuhmu dari tusukan angin
Aku cemburu dengan sendal yang melindungi telapak kakimu dari kerikil yang menjegal
Aku cemburu dengan tempat dimana kau meletakan kening sujudmu dalam taat

Sebagai pelipur lara melatih menghadirkanmu dalam kerinduanku
Ku baca kembali tentang kisah detik-detik kepergianmu meninggalkan ummatmu
Namun aku sadar, aku bukanlah Abu Bakar yang begitu tegar mengiringi kepergianmu
Namun aku sadar, aku bukanlah Ummar yang begitu gempar mendengar kabar kepergianmu

Tapi aku hanyalah ummatmu yang berusaha menitikan air mata haru saat membaca kembali kisah kepulanganmu
Tapi aku hanyalah pembaca hadits tentang syariatmu juga kisah perjungan hidupmu
Tapi aku hanyalah ummatmu yang selalu berharap syafaatmu, meski sering kali malas membacakan shalawat untukmu.
Padahal aku tahu hanya amalan itu yang bisa sampai kehadirat Rabbmu meski ada riya saat lisan melafadzkan untukmu.

Ya Rasulallah…

Maaf, aku belum bisa menghadirkan sepenuhnya kerinduan itu
Maaf, aku belum bisa merasakan kehilanganmu, seperti halnya ketika aku kehilangan orang-orang disekitar ku
Maaf, aku belum bisa kalau sampai detik ini, ungkapan kecintaanku padamu hanya sebatas ungkapan semu

Malam itu benar-benar ku adukan kepadaNya yang telah mengutusmu
Tentang jalan hidup yang ku tempuh, tentang kedurjanaan jiwaku
Malam itu benar-benar ku ingin menjadi perayu handal buat sukmaku
Berharap supaya bisa tergerak menghadirkan namamu dalam kelembutan cinta kasihku

Ya Rasulallah…

Andai saat ini engkau berada didepanku
Ku ingin mengadukan kepayahanku dalam merawat keimananku
Andai saat ini engkau mendengarku
Ku ingin mencurahkan kepadamu bahwa fitnah dunia ini amatlah keji dan teramat susah untuk ku hindari
Andai saat ini engkau melihatku
Ku ingin engkau mendoakanku membersihkan bau anyir sifat munafiqku, juga membersihkan bau busuk dosa ku
Meski harus ku tanggung rasa malu karena raga dan hati yang bobrok ini tampil di pelupuk mata sucimu
Andai saat ini engkau dibelakangku sembari mengamati caraku menulis tentangmu
Remukkan jemari ini andai tidak engkau sukai

Ya Rasulallah…

Di padang mahsyar nanti
Akui aku sebagai ummatmu, meski kelakuanku belum pantas pendapat predikat itu
Akui aku sebagai ummatmu, meski aku yang terahir dari sekian banyak ummatmu

Astaghfirullahal’adzim…

Posted By Kang Santri3:06:00 PM

Wednesday, July 11, 2012

Orang Yang Di Bangunkan Bidadari

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Dia (Abu Sulaiman Ad-Darani) meriwayatkan kisah ini kepada Ahmad bin Abu Hawari, “Ketika aku sedang sujud, tiba-tiba saya terserang ngantuk. Tanpa aku duga, beberapa orang bidadari membangunkan aku dengan kakinya.

Bidadari itu berkata, ‘Wahai kekasihku, apakah kamu masih akan tidur sementara para malaikat mengawasi orang-orang yang bangun untuk melaksanakan tahajud (qiyamul lail). 

Sungguh celaka mata yang lebih senang tidur daripada berjaga untuk bermunajat kepada Allah Yang Mahamulia. Bangunlah, sebentar lagi orang-orang yang mencintai Allah akan saling bertemu. 

Tidur macam apa ini? Wahai kekasihku dan permata hatiku, Apakah kamu masih juga akan tidur sementara aku menemanimu dalam keheningan malam ini sejak tadi.’

Seketika itu aku melompat, bangun dengan bercucuran keringat karena rasa maluku terhadap celaan bidadari tersebut. Dan sungguh keindahan ucapannya senantiasa terasa dalam hati dan pendengaranku.”

Sumber: 99 Kisah Orang Shalih

Posted By Kang Santri8:01:00 PM

Tuesday, July 10, 2012

Seberapa Kuat Keimanan Kita?

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Iman (percaya kepada Allah) merupakan aset terbesar kita dihadapan Allah. Pernahkan kita mengukur seberapa besar kekuatan iman kita kepada Allah? Mari kita tes keimanan kita masing-masing? Masih sangatlah lemahkah? Sedang-sedang saja? Atau mungkin sudah sangat kuat?

Karena ciri-ciri orang yang kuat imannya adalah:

1. Terbebas dari dikuasai orang lain

قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudaratan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (Al-A'raf: 188)

2. Merasakan dirinya berani dan kuat

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Ali-Imran: 145)


3. Meyakini bahwa rezeki datangnya dari Allah

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرْضِ إِلا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhulmahfuz). (Hud: 6)

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Ankabut: 60)

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لا يَعْقِلُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami (nya). (Al-Ankabut: 63)

4. Tenang hati dan tetap jiwanya 

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar-Ra'ad: 28)

5. Mempunyai kekuatan mengalahkan hawa nafsunya dari godaan syaithan

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الأنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan. (Yunus: 6)

وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur'an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (Al-Hajj: 54)

6. Allah memberinya penghidupan yang baik semasa didunia dan di akhirat

Yang dimaksud dengan penghidupan yang baik disini adalah selamat dari tergelincirnya akidah, mendapat pertolongan bila berhadapan dengan musuh, dan kehidupannya dapat melewati cobaan.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl: 97)

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-A'raf: 96)


Posted By Kang Santri4:26:00 PM

Monday, July 9, 2012

Tata Cara Dan Anjuran Shalat Witir

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Shalat witir mempunyai beberapa alternatif. Boleh dilakukan satu rakaat, tiga rakaat, lima rakaat, tujuh rakaat dan sembilan rakaat seperti yang sudah di contohkan oleh Rasulullah.

Waktu Shalat Witir

Setelah melakukan shalat Isya' hingga terbit fajar.

"Sesungguhnya Allah mengulurkan kepadamu dengan shalat, yaitu shalat witir. Allah menjadikannya untuknya disaat  setelah shalat Isya' hingga terbit fajar. (HR. Tirmidzi)

Niat Shalat Witir

أصلى سنة الوتر لله تعالى


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Shalat malam itu dua-dua. Jika engkau khawatir shalat subuh tiba, shalat witirlah satu rakaat." (HR. Bukhari dan Muslim)

Tiga Rakaat

Aisyah Radhiyallahu 'anhu berkata,

"Tsumma yusholli tsalatsan" [Lalu Rasulullah shalat tiga rakaat] (HR. Bukhari)

Lima Rakaat

Diriwayatkan bahwa Rasulullah shalat witir sebanyak lima rakaat dan beliau hanya duduk dirakaat terakhir (maksudnya sekali salam)

Tujuh Rakaat

Rasulullah juga pernah shalat witir sebanyak tujuh rakaat. Beliau duduk dirakaat ke enam (untuk tasyahud awal) dan duduk lagi dirakaat ke tujuh (untuk tasyahud ke dua) lalu salam.

Sembilan Rakaat

Juga diriwayatkan dari Rasulullah , bahwa beliau shalat witir sebanyak sembilan rakaat.  Beliau duduk di rakaat kedelapan (untuk tasyahud awal) dan duduk di rakaat ke sembilan (untuk tasyahud ke dua) lalu salam, dan suara beliau didengar oleh keluarga beliau.

Setelah rakaat ke tujuh atau ke sembilan, rasulullah shalat du rakaat. Mengenai hal ini Ibnu Hajar berkata, " aku tidak tahu, apakah dua rakaat tersebut dua rakaat shalat sunnah subuh atau yang lainnya?".

Rasulullah menganjurkan orang yang khawatir tidak bisa bangun untuk qiyamul lail untuk shalat witir sebelum tidur. Sedang orang yang yakin bisa qiyamul lail, maka menunda shalat witir lebih utama baginya, sehingga shalat witir menjadi shalat penutup qiyamul lail.

Di riwayatkan dari Jabir, "aku mendengar Rasulullah bersabda, "Jika salah  seorang diantara kalian khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah ia shalat witir lalu tidurlah. Sedang orang yang yakin bisa qiyamul lail, hendaklah shalat witir di akhir qiyamul lailnya, karena bacaan di akhir malam itu dihadiri (malaikat) dan itulah yang lebih utama." (HR. Muslim)

Rasulullah memberi perhatian besar pada shalat witir karena berurgensi tinggi. Sehingga banyak dari para sahabat, tabi'in dan ke empat imam madzhab berpendapat bahwa qadha shalat witir itu di syariatkan. [1]

Rasulullah memerintahkan meng-qadha shalat witir bagi yang tidak mengerjakannya. Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri beliau berkata, Rasulullah bersabda,

"Siapa tidur tanpa shalat witir, atau lupa, hendaklah ia mengerjakannya pada pagi hari atau ketika ingat." (Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad shahih.

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا، وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللَّهُ، يَا اَللَّهُ، يَا اَللَّهُ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
______

[1].Badzlu AL Majhud, jilid VII halaman 256-257

Posted By Kang Santri8:46:00 PM

Realita di Bulan Ramadhan (Renungan)

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Ramadhan... Engkau lah satu-satunya bulan yang sering di elu-elukan ummat Muhammad untuk menumpuk amal. Seakan-akan engkaulah bulan yang dijadikan tumpuan dari kemalasan beribadah di bulan-bulan yang lain. Apakah bijak hal yang seperti ini?

Amalan-amalan  sunnah bertebaran menghiasi siang dan malam kami, dengan mengesampingkan bahwa sebenarnya kami masih mempunyai qadha ibadah wajib yang kami abaikan dulu. Dibenarkankah hal yang demikian itu menurut syari'at? (tentu saja tidak...!!). Lagi-lagi kami tertipu menganggap bahwa hal yang demikian adalah wujud keshalihan.

Kami begitu antusias menanti datangnya shalat tarawih di serambi-serambi masjid dengan pakaian putih bersih dan aroma wangi dengan kopiah lancip yang hampir menutup kening, tapi sayang... kami mengabaikan kewajiban qadha shalat yang pernah ditinggalkan.

Ramadhan... Engkau memang sering kami selewengkan dengan amalan-amalan palsu yang penuh kepura-puraan. Hingga seolah bulanmu menjadi bulan untuk ajang pamer ibadah.

Kami sebar nasehat, kami serukan gema tilawatil qur'an siang-malam di masjid dan surau, ahhh... tapi kebanyakan dari kami sebenarnya berpikiran 'ini adalah ajang untuk pamer keilmuan'.

***

Memang benarlah adanya, karena jiwa keimanan kami masih dalam fase terendah. 

Ramadhan... Meskipun demikian, kedatanganmu merupakan keberkahan yang tak ternilai buat kami yang masih munafiq ini. Semoga dari ratusan ayat suci yang kami baca di bulanmu meski hanya satu huruf saja yang bernilai keihlasan itu sudahlah cukup membahagiakan, karena dibulanmu Allah akan melipat gandakan pahala yang tidak diberikan-Nya selain dibulanmu.

Ramadhan... Meski raga kami berpuasa, tapi sebenarnya hati kami masih lahap menyantap maksiat. Berkali-kali kami menasehati diri bahwa "Kami senantiasa muda untuk melakukan dosa. Tapi kami belum tentu tua untuk melakukan taubat." Astaghfirullah...

Do'a Rasulullah: "Ya Allah, hidupkan hamba selagi hidup masih baik bagi hamba. Dan matikan hamba selagi mati lebih baik bagi hamba."
 
 

Posted By Kang Santri4:15:00 PM

Saturday, July 7, 2012

Nasehat Syaikh Abul Hasan Asy-Syadhili

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Saat itu Syekh Abul Hasan Asy-Syadhili sedang duduk-duduk di depan rumahnya, tiba-tiba ada jenazah seorang laki-laki melintas di depan rumahnya menuju ke tempat pemakaman. Terlihat olehnya di belakang jenazah seorang anak wanita bersama para pelayat yang lain. Rambut wanita itu tergerai dan tidak henti-hentinya menangis. 

Jelas nampak dalam raut wajahnya rasa duka yang sangat mendalam. Syekh Abul Hasan Asy-Syadhili berfikir bahwa mungkin anak wanita itu adalah Putri dari jenazah tadi. Segera saja Syekh Abul Hasan Asy-Syadhili membuntuti iring-iringan jenazah tersebut dan mendekati anak wanita yang dari tadi menangis. 

Tatkala sudah dekat dengan anak wanita itu, Syekh Abul Hasan Asy-Syadhili mendengar dengan jelas rintihannya. 

“Wahai bapak, belum pernah selama hidupku mengalami perasaan sedih dan duka yang sangat mendalam seperti yang aku alami sekarang ini. Aku benar-benar merasa kehilangan bapak.” 

“Nak, belum pernah juga bapakmu mengalami kejadian yang menyusahkan seperti sekarang ini!” sahut Syekh Abul Hasan Asy-Syadhili.

Setelah tiba di sebuah mushalla, jenazah itu pun segera disholati dan kemudian dimakamkan. Derai tangis anak wanita tadi belum juga reda sampai acara pemakaman. Setelah acara pemakaman selesai para pengantar pun segera kembali ke rumahnya masing-masing. 

Esok harinya, setelah menjalankan shalat subuh Syekh Abul Hasan Asy-Syadhili kembali duduk-duduk santai di depan rumahnya. Namun selang beberapa lama kemudian, ia melihat anak wanita dengan jalan yang tergesa-gesa melintasi depan rumahnya. Rupanya, ia adalah anak wanita yang kemarin ditinggal mati oleh bapaknya. Anak wanita ini rupa-rupanya berjalan menuju tempat pemakaman. 

Merasa ada gelagat yang kurang baik, segera Syekh Abul Hasan Asy-Syadhili mengikutinya dari kejauhan. Beliau ingin tahu apa sebenarnya yang ingin dikerjakan anak itu. Saat anak wanita itu memasuki makam, Syeikh Hasan mengintip dari tempat yang tersembunyi. 

Tiba-tiba anak wanita itu memeluk nisan dan pipinya yang basah dengan air mata ditaruh diatas gundukan makam ayahnya, seraya berkata, 

“Wahai bapak, bagaimana tadi malam engkau menginap? Kemarin lusa aku masih mempersiapkan alas tidur untukmu. Lalu siapakah yang mempersiapkan alas tidurmu tadi malam? Kemarin lusa aku masih mempersiapkan lampu untuk menerangimu. Lalu siapakah gerangan yang mempersiapkan lampu untuk menerangimu tadi malam? Wahai bapak, ketika badanmu terasa pegal-pegal, seringkali aku memijat badanmu. Lalu siapa lagi sekarang yang akan memijat-mijatmu?” 

“Wahai Bapak,” rintihnya lebih lanjut, “Ketika engkau merasa haus, dengan segera aku mengambilkan minuman untukmu. Namun siapakah yang mengambilkan engkau minum tadi malam? Ketika engkau merasa jemu dan penat tidur terlentang, maka segara aku balikkan engkau agar nyaman. Namun siapakah tadi malam yang mau membalik tubuhmu agar nyaman?” 

“Dengan perasaan belas kasih, kemarin aku masih memandangi wajahmu. Tapi sekarang siapa lagi yang akan memandangi wajahmu seperti itu? Saat engkau memerlukan sesuatu, engkau segera memanggilku. Tapi bagaimana dengan malam tadi, siapakah yang engkau panggil? Bahkan kemarin lusa, aku masih memasakkan makanan untukmu. Tapi masihkah engkau juga menginginkannya dan siapa yang akan menyiapkan makanan untukmu?” 

Air mata Syekh Abul Hasan Asy-Syadhili tak sanggup lagi dibendungnya saat mendengar rintihan anak wanita itu. Air matanya berderai dengan derasnya berjatuhan satu persatu ke pipinya. Ia langsung menampakkan diri dari tempat persembunyiannya. 

“Janganlah engkau mengucapkan kata-kata seperti itu, Nak!” hibur Syekh Abul Hasan Asy-Syadhili sambil mengusap rambut wanita kecil itu. 

“Namun katakanlah, “Wahai bapak, kemarin kami masih menghadapkan wajahmu ke arah kiblat. Lalu masihkah kini wajahmu menghadap ke kiblat ataukah telah berpaling darinya? Wahai bapak, saat kami menaruhkanmu di kubur, tubuhmu masih tampak utuh. Tapi masihkah sekarang keadaanmu seperti itu ataukah sudah habis dimakan ulat?” 

“Ucapkan pula, Nak! Para ulama telah mengatakan bahwa seseorang yang sudah mati itu pasti akan ditanyai tentang keimanannya. Di antara mereka ada bisa menjawab dengan benar tapi ada juga yang tidak bisa menjawabnya sama sekali. Adakah bapak termasuk di antara mereka yang bisa menjawabnya?” 

“Mereka juga menjelaskan bahwa sebagian jenazah itu ada yang dijepit oleh liang kuburnya sendiri hingga tulang rusuknya hancur berantakan, tapi adakalanya pula yang merasa liang kuburnya tersebut sangat luas sekali. Lalu bagaimana dengan keadaan kubur bapak sekarang ini?” 

“Begitu juga ada keterangan yang menyebutkan bahwa kubur itu acapkali diganti dengan taman-taman surga, tapi adakalanya pula yang diubah menjadi jurang neraka. Lalu bagaimana dengan kubur bapak sekarang? Demikian pula ada yang menerangkan bahwa sebagian kafan itu kelak akan digantikan dengan kafan surga dan adakalanya pula yang diganti dari kafan neraka. Lantas dengan apakah kafan bapak digantikan?” 

“Keterangan lain yang dikatakan oleh para ulama adalah bahwa kubur itu acapkali memeluk penghuninya sebagimana seorang ibu yang memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang. Tapi adakalanya pula yang mendapatkan marah dari kuburnya hingga menjepit sampai tulang belulangnya berserakan. Adakah kubur bapak sekarang marah ataukah sebaliknya memeluk bapak dengan kasih sayang?” 

“Demikian juga bahwa para ulama telah menjelaskan, ketika seseorang telah memasuki kuburnya, maka bila dia sebagai orang yang bertakwa, ia akan menyesal karena merasa ketakwaannya belumlah seberapa. Begitu juga dengan orang yang durhaka. Mereka akan menyesal karena semasa hidupnya tidak mau berbuat kebajikan. Lantas apakah bapak tergolong mereka yang menyesal karena tidak pernah berbuat kebajikan ataukah mereka yang menyesal karena merasa ketakwaannya belumlah seberapa?” 

“Wahai bapak, cukup lama aku memanggilmu! Tapi mengapa engkau tidak menjawab sedikit pun panggilanku. Ya Allah, janganlah kiranya Engkau menghalangi pertemuanku kelak di akhirat dengannya!”.

Usai Syekh Abul Hasan Asy-Syadhili mengajari seperti itu, anak kecil tersebut menolehkan kepalanya seraya berkata, 

“Kalimat-kalimat yang engkau ajarkan itu sungguh menyejukkan hatiku. Sehingga hatiku sekarang merasa lebih tentram dan memalingkan aku dari kelalaian.” 

Melihat anak wanita itu sudah tenang hatinya, segera saja Syekh Abul Hasan Asy-Syadhili mengantarnya pulang. 

Mudah-mudahan bermanfaat sebagai bahan renungan buat kita bersama. Silahkan sebarkan artikel ini, semoga kita termasuk dari salah satu golongan yang Allah kehendaki sebagai penyebar hikmah kepada muslim lainnya. Amin


Posted By Kang Santri4:05:00 PM

Tuesday, July 3, 2012

Prahara Pemuda Miskin

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - Bukannya ia sudah tidak lagi mempunyai harapan, melainkan ia hanya sadar diri dengan kenyataan hidup yang harus dijalani. Terkadang ia harus menahan luapan jiwa mudanya yang menggelora menyumpal setiap keinginan sebagaimana layaknya pemuda-pemuda lain. Miskin harta dan bersahaja merupakan potret gambaran yang dimilikinya. 

Kadang ia ingin berteriak lantang diatas bukit sembari berkata, "Tuhan... Kalau memang sudah menjadi garis kehidupanku seperti ini, aku mohon hilangkanlah setiap keinginan hati yang tak mampu aku penuhi..".

Meski sering terlihat tabah tapi sebenarnya ia amat rapuh,  mungkin disini sifat fitrahnya sebagai pemuda dimana pastilah memiliki cita dan harapan.

Dulu dia pernah jatuh hati pada seorang akhwat, hingga saking takutnya seakan 10 detik pun dia tidak berani memandangnya karena ia sadar bahwa itu hanya akan membuatnya tersiksa. Hatinya masih erat dalam belenggu kemiskinan harta hingga untuk mengenal wanita saja ia harus mikir sampa seribu kali. 

Mungkin kata yang tepat untuk menggambarkannya adalah "tampaknya pemuda miskin tadi takut untuk jatuh cinta". Meski tidak sepenuhnya benar. Karena bagaimanapun juga ia adalah seorang pemuda yang bisa dikatakan cukup tampan dan santun yang pastinya jiwa asmara dalam hatinya selalu membara.

Ada yang unik dari pemuda ini, disaat kebanyakan pemuda ingin mencari sosok wanita yang kaya, cantik dan lain sebagainya, justeru itu adalah hal yang paling ditakutinya. Pernah kejadian yang membuatnya begitu merana.

Suatu saat, tanpa disengaja ia berpasasan dijalan dengan seorang akhwat yang begitu cantik dengan balutan pakaian mahal dan kendaraan mewah. Kelihatannya pemuda dan akhwat tadi tanpa disengaja saling bertemu pandang, dalam hatinya "subhanallah.... anggun sekali akhwat itu." hingga lamunannya buyar setelah mendapati akhwat itu pergi dengan mobil mewahnya.

Mulai hari itu, pikirannya terus terusik bayangan wajah akhwat yang ia temui tempo hari. Seakan nuraninya berkata "heiii... tidak pantas kamu ngebayangin akhwat tadi". Seakan ia mendapat teguran keras dalam hatinya yang menyuruh untuk menghilangkan perasaan yang tengah membuncah.

"apakah aku tidak pantas untuk mencintai salah satu mahlukMu ya Allah... Kalau memang ada salah satu mahlukMu yang setara dengan kelemahanku, pertemukanlah aku dengannya...Andai memang tiada pantas bagiku untuk mendapatkan satu cinta dari mahlukMu yang bernama wanita, tuntunlah aku untuk menjaga hati dan pandangan dari ketidak mampuan ini".", sehabis shalat isyak ia pun asyik mencurahkan hatinya kepada Sang Khaliq.

Hingga akhirnya pemuda tadi pun berkata pada dirinya "There Is No Time For Love"


[Inspirasi dari kisah nyata kehidupan]

Posted By Kang Santri11:17:00 AM