Wednesday, February 15, 2012

Batas Kepasrahan Tertinggi

Filled under:

Murtakibudz Dzunub - “Sempurnakanlah ikhtiar..” Meski hanya dua patah kata, tapi agak sulit bagi saya /pen.  untuk menerjemahkan kata ini dalam tindak kehidupan nyata. Karena disaat kita menggali makna lebih dalam dari dua kata diatas maka kita akan mendapati banyak sekali pertanyaan, yang mana kita sendiri yang harus menjawabnya.

Sebagai contoh, ada seseorang yang memang sebagian besar waktunya ia ingin dedikasikan untuk membahagiakan keluarganya hingga ia pun berfikir “aku harus kerja keras untuk mendapatkan uang”. Tapi sayang meski ia sudah mati-matian sampai membanting tulang namun hasilnya belum bisa sepenuhnya mencukupi kebutuhan rumah tangganya.

Dari contoh diatas, ada satu pertanyaan yang timbul “apakah ikhtiarnya sudah maksimal?”, (umpama kita menjawab sudah, akan muncul pertanyaan baru lagi) “bukankah ia bisa mendapatkan uang yang lebih andai saja keterampilan kerja yang lainnya ia gunakan juga..” (jadi apakah seseorang tadi sudah benar-benar menyempurnakan ikhtiarnya?)  dan masih banyak lagi pertanyaan yang mana penulis sendiri belum bisa menterjemahkan kedalam bahasa tulisan.

“Karena untuk bisa mencapai pada batas kepasrahan yang menjadi syarat utamanya adalah ketika sudah sempurnanya sebuah ikhtiar.”

Imam Ahmad pernah ditanyakan mengenai seorang yang kerjaannya hanya duduk di rumah atau di masjid.
Pria itu mengatakan, “Aku tidak mengerjakan apa-apa sehingga rezekiku datang kepadaku.”
Lalu Imam Ahmad mengatakan, “Orang ini tidak tahu ilmu (bodoh). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Allah menjadikan rezekiku di bawah bayangan tombakku.

Juga hadits Rosululloh s.a.w:

يَقُولُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ

عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ

الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Dari Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”

(HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al Hakim. Dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 310)

Sedang sisi lain dari makna kepasrahan menurut Imam Ahmad bin Hambal, bahwa pasrah/tawakal itu merupakan aktivias hati, artinya tawakal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan pasrah/tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan.

Dari Abul Abbas Abdulloh bin Abbas rodhiallohu ‘anhuma beliau berkata:

Suatu hari aku berada di belakang Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam Lalu beliau bersabda,

“Nak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa patah kata: Jagalah Alloh, Niscaya Dia akan senantiasa menjagamu. Bila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Alloh, dan bila engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Alloh. Ketahuilah, jika semua umat manusia bersatu padu untuk memberikan suatu kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Alloh bagimu, dan jika semua umat manusia bersatu padu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis oleh Alloh bagimu. Pena telah diangkat dan catatan-catatan telah mengering.” (HR Tirmidzi Dia berkata , “Hadits ini hasan shohih”)

Inilah batas akhir dari ikhtiar manusia, artinya dari batas menyempurnakan ikhtiar hingga sampai menuju pada batas kepasrahan tertinggi.




0 comments:

Post a Comment