Masihkah kaum ku (kaum adam) terus memberatkanmu mencintai Tuhanmu?
Beginilah adanya kami, tak kuasa memandang raut muka kecantikan
Senantiasa tiap ukir senyuman singgah, membuat kami gundah
Santun tutur kelembutan seakan tak dapat kami lupakan
Di satu sisi, kami terpesona dengan kecantikan ahlakmu sebagai muslimah
Namun di sisi lain kami juga terpesona dengan kecantikan dzatiahmu
Bagi kami, kalian begitu mempesonakan hati
Hingga banyak dari kami yang lupa diri
Sebagai ungkapan atas rasa ini
Izinkan kami merayumu meski barang sebentar
Saat kami di landa al-'isyq (asmara)
Saat kami di landa rindu
Di saat itulah kami dibuat tidak berdaya akan pesonamu
Hingga banyak dari kalangan kami yang terjerumus dan terkena
tusukan panah dari bala tentara musuh (iblis)
Hanya satu pesan kami
Janganlah kalian gampang terbujuk oleh rayu puji sanjungan dari kaum kami
Karena itu hanya akan menyengsarakan hati
Kami sering terpedaya saat memujimu
Kami bingkai ayat qur'an sebagai alat untuk merayumu
Dengan maksud agar kalian tidak menganggap kami sebagai perayu
Kami kemas hadits dengan begitu rapih
Agar kalian tertarik dan menganggap kami adalah lelaki shalih
Kami utarakan dalil-dalil ijma' dan qiyas ulama
Tapi sesungguhnya itu adalah cara kami agar kalian menaruh simpati
Inilah salah satu kelalaian kami
Yang terpedaya oleh bisikan nurani yang tak suci
Untuk itu, jangan buka celah kalian untuk mendengar rayuan
Dengan harapan kami mengurungkan niat supaya tidak jadi melakukan
Memang demikianlah seharusnya kita
Saling menjaga, supaya kaumku tidak mempunyai kesempatan untuk memperdaya
Pun begitu, agar kaummu dapat bertahan
Saat kalian mulai lena dengan bait rayu penuh sanjungan
Saat kalian mulai lena dengan bait rayu penuh sanjungan