Murtakibudz Dzunub - Menurut ulama yang lain, qolbu adalah perasaan-perasaan dan emosi yang mendorong, mencegah atau memuji sesuatu, pengaruh dari perasaan-perasaan ini akan tampak dengan jelas dan nyata dalam jantung seseorang yang diaplikasikan dengan rasa cinta, takut dan hormat.
مطالع الأنوار, القلوب والأسرار
"Tempat terbitnya cahaya Allah adalah hati dan rahasia-rahasianya."
A. Penjelasan
Dalam khazanah ilmu anatomi dan kedokteran, yang dimaksud dengan Al qolbu adalah jantung, yaitu sekumpulan otot yang tersembunyi dibalik rongga dada, lebih tepatnya bagian kiri bawah. Jantung merupakan organ tubuh yang memiliki peran paling besar dalam kehidupan, fungsi terpenting dari jantung yaitu memompa darah agar terus mengalir melalui urat-urat dan pembuluh darah yang ada di seluruh tubuh dengan sebuah sistematika yang begitu komplek dan menakjubkan.
Namun penggambaran tersebut bukanlah qolbu yang dimaksudkan Al quran ataupun yang dikehendaki ulama-ulama islam, khususnya ulama tasawuf, sebagian diantara mereka ada yang mengatakan bahwa qolbu adalah akal.
Menurut ulama yang lain, qolbu adalah perasaan-perasaan dan emosi yang mendorong, mencegah atau memuji sesuatu, pengaruh dari perasaan-perasaan ini akan tampak dengan jelas dan nyata dalam jantung seseorang yang diaplikasikan dengan rasa cinta, takut dan hormat.
Namun sebenarnya kedua makna qolbu yang diutamakan oleh para ulama diatas sama-sama terdapat di dalam Al quran. Dan qolbu yang bermakna akal dapat kita temukan dalam surat Al-A'raaf ayat 179.
B. Ruh merupakan pokok dalam hati manusia
Secara sederhana, marilah kita mencoba membicarakan tentang tiga macam rahasia Allah, yaitu kehidupan, intelektualitas (pemahaman) dan jantung. Sebenarnya sumber dari ketiga rahasia ini adalah sebuah perkara yang sama dan serupa. Katakan saja bahwa perkara tersebut adalah ruh, ruh yang mengalir kedalam sel-sel tubuh akan menimbulkan kehidupan, sedangkan ruh yang masuk dan mengisi ruang-ruang otak akan menghasilkan intelektualitas dan pemahaman, kemudian jika ruh terbit dan menyinari jantung, maka lahirlah perasaan-perasaan dan emosi tertentu.
Artinya sifat-sifat pemahaman dan intelektualitas akan muncul dari dalam otak yang teraliri muatan-muatan ruh. Jika ada orang yang mengatakan bahwa akal dan intelektualitas adalah hati atau jantung, maka ibarat seperti ini adalah majaz. Menurut ulama tata bahasa arab biasanya dinamakan istikhdam. Lebih jelasnya, pada saat otak terserang penyakit atau virus-virus perusak, hal ini akan berpengaruh kepada pemahaman dan gaya pikir. Andaikan sumber pemahaman adalah jantung, mestinya tidak akan ada kebingungan otak yang diakibatkan penyakit yang menyerangnya.
Namun yang perlu diingat, bahwa sumber pemahaman dan perasaan bukanlah otak ataupun jantung. Karena hakikat kedua organ ini hanyalah manifestasi perwujudan dari pemahaman dan perasaan sedangkan sumber aslinya adalah ruh, sumber kehidupan, intelektualitas, serta perasaan dan emosi.
C. Rahasia yang ada didalam hati
Qolbu yang dikehendaki oleh Ibnu Atho'illah dalam hikmah ini adalah rahasia-rahasia Allah yang merasuk kedalam jantung sehingga terbitlah perasaan cinta, takut dan hormat. Mengapa qolbu menjadi tempat munculnya cahaya-cahaya yang merupakan akibat dari tersingkapnya Allah subhanahu wat'ala kepada seorang hamba, mengapa bukan otak yang bisa kita gunakan untuk memahami atau bagian-bagian tubuh lain yang menjadi indera perasa serta menjadi tempat tersebarnya kehidupan ?
Jawabannya adalah karena otak ataupun bagian-bagian tubuh yang lain bukanlah organ yang berfungsi untuk mengeluarakan perasaan cinta, hormat atau takut. Sedangkan yang mampu berinteraksi dengan Allah adalah perasaan-perasaan cinta, hormat dan takut. Ketika daya intelektual tidak diimbangi oleh perasaan-perasaan tersebut, maka ia tidak akan layak menjadi tempat terbitnya cahaya Allah subhanahu wata'ala.
Banyak kita saksikan orang-orang beriman dan berakal yang mengetahui berbagai macam ilmu, namun tidak mendatangkan manfaat baginya. Pengetahuan yang ia miliki tidak mampu mendekatkannnya kepada Allah Azza wajalla dikarenakan hatinya telah tertutupi oleh noda yang begitu tebal. Ilmu yang tersimpan dalam otaknya sama sekali tidak berdaya untuk menerbitkan aliran-aliran perasaan cinta, takut dan sebaginya.
Hal ini bukan berarti bahwa ilmu yang menjadi buah dari akal, sama sekali tidak berharga dan tidak dibutuhkan dalam kehidupan seorang hamba. Kita harus tahu bahwa ilmu adalah pintu gerbang untuk memasuki perjalanan menghadap kepada Allah subhanahu wata'ala. Karena perasaan cinta, takut dan hormat adalah akibat tertancapnya ilmu dan ma'rifat dalam hati, maka barang siapa tidak mengetahui Allah dengan akalnya ia tidak akan memiliki rasa cinta atau ta'dzim kepadaNya.
D. Intropeksi kepada Allah subhanahu wata'ala
Ruh adalah sesuatu yang suci dan sangat rahasia. Karenanya Allah menisbatkan perkara suci ini kepada DzatNya yang agung.Pada awalanya, ruh telah merasakan ketenangan dan kedamaian alam arwah yang begitu indah, kemudia takdir Allah subhanahu wata'ala menentukan bahwa dia harus turun dari alam arwah untuk menempati jasad manusia hingga kematian menemuinya.
Ditempat yang baru ini, ruh selalu merasakan kerinduan untuk kembali kepada kehidupan yang dulu, ia ingin selalu disisi Allah yang maha pencipta. Karena Allah telah menghendaki bahwa jantung adalah tempat tersibaknya Allah bagi seorang hamba, maka perasaan-perasaan rindu, cinta dan takut yang tersembunyi dalam rahasia-rahasia ruh akan tampak jelas ketika jantung telah terisi aliran-aliran ruh.
Lalu mengapa emosi dan perasaan-perasaan suci tersebut tidak terlihat nyata dalam hati semua manusia ? mengapa kebanyakan diantara mereka malah menampakan perasaan-perasaan kotor yang dipenuhi keinginan dan nafsu dunia ?, padahal kita tahu bahwa ruh yang ada dalam diri mereka selalu diliputi kerinduan dan kecintaan kepada Allah yang maha Esa.
Memang setiap perasaan dan emosi suci yang terpancar dari ruh kedalam hati hanya tergantung dan terhubung kepada Allah saja, baik cinta, rindu, takut ataupun ta'dzim semuanya hanya tertuju kepada Allah Azza wajalla. Hanya saja ketika perasaan-perasaan suci itu telah sampai ke hati, ternyata didalamnya telah terdapat penghuni lain yang berupa perangai dan tabi'at nafsu syahwat yang selalu berusaha mengalahkan dan membelenggu perasaan suci itu.
Akibatnya sang pemilik hati akan terbayang-bayang bahwa rindu yang ada dalam dirinya adalah kepada bentuk dan gambar-gambar yang disodorkan oleh nafsunya, bahwa cinta yang ia miliki untuk kemewahan dunia yang dipilih oleh syahwatnya.
Pertempuran yang terjadi antara perasaan-perasaan suci yang dibawa oleh ruh dengan keinginan-keinginan kotor yang dipimpin oleh nafsu syahwat akan menimbulkan kebingungan seorang manusia, sedangkan nafsu syahwat tidak akan pernah menghentikan perlawanannya untuk mengalahkan perasaan-perasaan suci tersebut, kemudian menjadikannnya sebagai pelaksanan kemauan dan keinginan kotornya.
Seorang hamba harus berusaha melenyapkan kerisauan dan kebingungan semacam ini, lalu bagaimanakah cara untuk menghentikan pertempuran antara perasaan suci dengan nafsu syahwat yang menyebabkan kebingungannya ?
Solusi dan jalan keluar yang harus ia tempuh adalah dengan memperbanyak dan melanggengkan dzikir kepada Allah subhanahu wata'ala dengan berbagai macam tata caranya. Diantara beberapa cara yang paling utama dan paling mudah untuk mengingat Allah Azza wajalla adalah selalu berusaha menghubungkan segala nikmat yang diperoleh dengan Dzat yang telah memberikan nikmat tersebut, artinya seorang menusia harus menerima dan memanfaatkan semua nikmat yang ia terima dengan tetap mengingat bahwa Allah subhanahu wata'ala adalah Dzat yang telah memberi dan menganugerahkan semua nikmat itu.
Jika keadaan seperti ini berlangsung terus menerus, maka ia termasuk dalam golongan orang-orang yang selalu berdzikir kepada Allah meskipun mulutnya tidak melantunkan kalimat-kalimat dzikir apapun. Karena yang dimaksud dengan dzikrullah adalah selalu berusaha mengingatNya dan tidak lupa kepadaNYa, sedangkan mengingat adalah perbuatan dan pekerjaan hati.
Apabila seorang hamba selalu mengingat dzat pemberi nikmat dengan disertai ketundukan menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya tanpa lupa meminta apapun dan bertaubat atas kesalahan dan kekurangannya, maka perasaan-perasaan suci yang tersembunyi dalam rahasia ruh akan bersinar-sinar berkilau dalam hati. Hingga akhirnya tampak beda dan terpisah dari keinginan-keinginan nafsu yang ada dalam tabi'atnya.
Kebiasaan manusia jika melihat kecantikan dan keindahan dunia, maka ia tertawa olehnya dan menyangka bahwa semua itu adalah hal-hal yang menjadi tujuan cinta suci yang ada dalam hatinya. Ketika hatinya menjadi hidup karena dzikrullah yang ia langgengkan, maka rasa cinta dan rindunya akan mulai menuju kesisiNya. Ia menjadi tahu bahwa cinta kepada dunia adalah kesesatan yang wajib dihindari, sedangkan hakikat yang seharusnya ia cari hanyalah keindahan belas kasih dan keagungan Allah Azza wajalla. Dengan jalan dzikrullah penelitian dan pencariannya akan sampai kepada cinta suci yang abadi, yaitu cinta kepad Allah yang maha sempurna.
Bila hati seorang hamba telah konsisten menjalani dzikrullah hingga selalu menghadap kepada keindahan sejati, sumber segala kebaikan dan raja keagungan yang maha Esa, maka dzikir tersebut akan menumbuhkan cinta sejati kepadaNya, semua ucapan yang keluar dari mulutnya adala pujian dan sanjungan untukNya. Akhirnya Allah subhanahu wata'ala akan tampak jelas dalam hatinya, Dia akan menariknya agar selalu berada dekat disiNya, senantiasa dalam rahmat dan perlindunganNya, hatinya menjadi penuh terisi cahaya-cahaya Nya, yaitu ma'rifat dan keyakinan yang menyebabkan ketinggian derajatnya dihadapan Allah Azza wajalla.
E. Dalil
a. Firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 74
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ (37) [ق : 37]
Artinya : "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya."(Q.S. Qaaf : 37)
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا [الأعراف : 179]
Artinya : "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah)." (Q.S. Al-‘Araaf : 179)
Yang dimaksud dengan orang-orang yang mempunyai akal adalah mereka yang menggunakan dan merasakan manfa'at alat-alat yang berfungsi untuk mengerti dan memahami sesuatu yaitu akal. hal ini memperkuat pendapat ulama yang mengatakan qolbu adalah akal. Begitu juga dengan firman Allah dalam surat Al-A'raaf, Yang berfungsi untuk memahami adalah akal, berarti Qolbu dalam ayat tersebut adalah akal.
Sedangkan qolbu yang berarti rahasia-rahasia yang mempengaruhi organ jantung sehingga muncul perasaan cinta dan lain-lain. Hal ini bisa kita lihat dalam ayat berikut.
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً [البقرة : 74]
Artinya : "Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi." (Q.S. Al-Baqoroh : 74)
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ [الحديد : 16]
Artinya : "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah." (Q.S. Al-Hadiid : 16)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ [الأنفال : 2]
Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka." (Q.S. AL-‘Anfaal : 2)
Keras, khusu'atau tunduk dan takut dalam ayat-ayat tersebut merupakan perasaan-perasaan yang ada dalam hati, bukan termasuk bagian intelektualitas dan pemahaman.
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ آَيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) [الأعراف/175]
Artinya : "Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat." (Q.S. Al-‘Araaf : 175)
Ayat ini menunjukan tentang penggambaran orang-orang yang beriman dan berakal tetapi hatinya tertutup oleh noda yang tebal.
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ (29) [الحجر/29]
Artinya : "Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (Q.S. Al-Hajr : 29)
Allah memberikan kepada makhluqNya sesuatu yang suci dan sangat rahasia, disamping itu Allah menisbatkan DzatNya kepada sesuatu tersebut, dalam ayat ini sesuatu yang dikehendaki adalah ruh.
b. Perkataan Imam Ghozali
Imam Ghozali berkata : "bertambahnya ilmu dalam diri seseorang yang jahat bagaikan bertambahnya air yang diserap oleh akar حنظل (jenis tanaman labu), semakin banyak air yang dihisap maka buahnya semakin bertambah pahit." Perkataan ini menyinggung terhadap ilmuwan-ilmuwan yang tidak memberikan keimanan yang bertambah dalam dirinya, bahkan tidak percaya adanya Allah subhanahu wata'ala.
F. Kesimpulan
Cahaya Allah yang berupa ilmu, ma'rifat dan keyakinan tauhid akan terbit dalam hati seorang hamba yang telah terisi muatan-muatan ruh, karena ruh selalu diliputi ketergantungan dan kerinduan kepada Allah Azza wajalla, maka ia akan memunculkan perasaan-perasaan suci yang berupa cinta, takut dan ta'dzim kepada Dzat yang maha pencipta dalam hati yang ia masuki. Namun perasaan suci ini tidak selamanya memenuhi ruang-ruang hati sanubari. Ruh yang membawa perasaan suci harus berjuang melawan nafsu syahwat yang selalu berusaha merajai hati.
Untuk memenangkan pertempuran ini, seorang hamba harus selalu konsisten mengingat Allah, ingat bahwa semua nikmat yang peroleh hanya karena anugerah dan karuniaNya. Dengan jalan ini, ruh akan senantiasa terhubung kepada Allah Azza wajalla.
Perasaan cinta, takut dan ta'dzim yang dibawa oleh ruh saat memasuki hati akan selalu aman dan tidak terkalahkan, karena berada dalam pengawasan dan penjagaan Allah yang maha kuasa dengan perlindunganNya, dengan interaksi yang begitu dekat denganNya, maka hati menjadi terang benderang karena cahaya Allah selalu menyinarinya.
Seorang hamba yang memiliki hati seperti ini, akan terkurung dalam lingkaran ilmu, ma'rifat dan tauhid kepadaNya. Dan hal ini akan menjadi sebuah kunci bagi seorang hamba untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Penulis: KH. M.Wafi MZ. Lc. Msi
http://www.ppalanwar.com