Kebaikan itu hanya menatap sayu, melihat keluguan
seorang pemuda yang mulai nampak lusuh raut mukanya
Bagi beranda hati yang tak henti mengharap nur suci
Bagi seonggok daging yang selalu berharap
selamat saat kiamat
selamat saat kiamat
Dengan apa malammu kau pertanggung jawabkan?
Sementara siangmu kerap kau abaikan?
Meski tak seindah mutiara yang dibuat
dalam cangkang karang
dalam cangkang karang
Nafsu bejat itu selelu berusaha dia jinakkan
Nafsu ketika dia mengharap sesuatu yang bukan haknya
Nafsu ketika semua orang harus
sejalan dengan pemikirannya
sejalan dengan pemikirannya
Nafsu ketika dia mulai putus asa dengan
indah pengharapannya
indah pengharapannya
Sedang saujana yang terlihat hanya tangisan
hangat bunga rumput yang tertutup kelopak takut
Usai memutar biji tashbih
kenapa air mata ini tak mahu keluar...?
Dengan di iringi kepiluan
percuma tarian pena ku goreskan melukis syair-syair hikmah kehidupan!,
sedang hatiku sendiri buta tuk membaca
Astaghfirullah....
0 comments:
Post a Comment